TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kisah hidup Narti (48), warga Jagalan Tengah RT 3 RW 5 Kelurahan Gabahan, Kecamatan Semarang Tengah, Semarang membuat Joko (42) merasa miris.
Joko mengaku tak menyangka rumah yang ditinggali tetangganya tersebut dalam keadaan hampir roboh.
Saat ditemui tribunjateng.com, Joko tampak sedang memperbaiki rumah sepetak berukuran 3 x 2,5 meter milik Narti itu.
Baca juga: BREAKING NEWS: Pria di Semarang Meninggal Mendadak: Saya Buatkan Minum, Dia Duduk Seperti Sembahyang
Baca juga: Klasemen La Liga Spanyol, Real Madrid di Puncak, Koeman Terapkan Strategi Baru di Barcelona
Baca juga: Dikabarkan Kritis, Gunawan Jelaskan Sakit yang Diderita dan Alasan Periksa di Singapura
Baca juga: Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Sahrul Gunawan Dikabarkan Tewas Kecelakaan, Ini Faktanya
Meski mengakui tak banyak yang bisa dia lakukan, namun Joko berharap dapat membantu meringankan beban ibu dua anak itu.
"Kebetulan saya punya sisa material, ya sedikit pasir dan semen.
Saya berikan dan saya bantu perbaiki bersama satu warga lainnya.
Sedikit saya berikan," kata Joko, Senin (12/10/2020).
Joko lantas menceritakan saat dirinya mengetahui kondisi rumah Narti.
Diakuinya, satu di antara anak Narti yang ikut dengannya dalam bekerja mengajak dirinya untuk melihat ikan yang dipelihara di rumah.
Joko yang semula hanya berniat bertamu ke rumah anak Narti itu lantas merasa terenyuh dengan kondisi rumah Narti.
Ia tak menyangka ada orang yang bisa tidur dengan tidak layak.
"Waktu saya ke rumah anak itu, saya melihat tidak tega.
Saya lihat di atas, dan bertanya, 'yang biasa tidur di atas situ siapa?' anak itu menjawab, ibunya.
Saya kaget, kalau sewaktu-waktu roboh bagaimana?
Hati nurani saya, saya melihat tidak tega karena di satu sisi, saya pernah memiliki rumah yang tidak layak ditempati.
Saya berpikir, bahkan orang tidur saja tidak enak, kurang layak.
Saya kemudian berinisiatif untuk membantu," ungkapnya iba.
Di sisi itu, Narti mengakui telah menempati rumah tersebut selama puluhan tahun.
Menurut Narti, sudah menjadi hal biasa bagi dirinya dan kedua anaknya tidur di tempat tidur dalam kondisi miring.
Ia mengaku tak menggubris jika sewaktu-waktu atap rumahnya runtuh menimpanya.
""Mau bagaimana lagi, mau perbaiki tidak ada biaya," kata dia tersenyum pilu.
Di rumah yang hanya terisi dua kasur dan beberapa perabot rumah tangga itu, Narti mengaku tak jarang jika satu di antara kedua anaknya tidur di lantai.
Hal itu lantaran tempat tidurnya tak muat menampung lebih dari dua orang.
Ia mengaku menyadari, penghasilannya Rp 50.000 perhari hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirinya dan kedua anaknya.
"Kalau hujan lebat rumah kebocoran," imbuh dia.
Sejauh ini, Narti mengaku belum pernah mendapat bantuan renovasi rumah.
Ia menyebut meskipun di pintu rumahnya telah dilabeli keluarga prasejahtera dengan tanda silang BPNT, PKH, dan JKN/KIS, Narti mengaku belum pernah sekali pun menerima bantuan tersebut.
"Sudah sekira satu tahun ada stiker itu di pintu, tapi saya belum pernah mendapat bantuan baik sembako maupun uang tunai.
Hanya tiga bulan kemarin, tiga kali mendapat beras, roti, dan susu dari Walikota," tukasnya. (idy)
Baca juga: Update Virus Corona Jawa Tengah Rabu 14 Oktober 2020
Baca juga: BREAKING NEWS: Kecelakaan Maut Minibus Rombongan Wisata Tabrak Gapura di Karanganyar, 1 Meninggal
Baca juga: Resep Gandos Jajanan Tradisional Khas Semarang yang Gurih dan Enak
Baca juga: Pencari Ikan yang Tenggelam di Pantai Criwik Kebumen Ditemukan Meninggal