TRIBUNJATENG.COM, PATI - Tribunjateng.com bersama rombongan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Pati berkunjung ke rumah Sugiyem (49) di Dukuh Ledok, Desa/Kecamatan Sukolilo, Rabu (4/11/2020) sore.
Sugiyem merupakan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau buruh migran yang diduga dianiaya oleh majikannya di Pasir Ris, Singapura, hingga mengalami kebutaan.
Berdasarkan informasi yang diterima Tribunjateng.com, majikan Sugiyem berinisial UK, berjenis kelamin perempuan.
Baca juga: Akun Instagram RSUD Kelet Jepara Diretas Unggah Foto-foto Vulgar
Baca juga: Kabar Duka, Heri Kades Tlobo Karanganyar Meninggal Dunia, Petugas Tracing Perangkat Desa & Keluarga
Baca juga: Akankah Donald Trump Presiden AS Tumbang? Joe Biden Sementara Unggul
Baca juga: Wajah Aksara Asa Nasution Putra Kedua Raditya Dika dan Anissa, Nama Bisa Persis Usulan Netizen
Sugiyem keluar dari kamar dituntun oleh menantu perempuannya.
Kedua matanya tampak lebam, pada tangan kanannya terdapat bekas luka bakar.
Ia menyebut, dirinya kali pertama berangkat ke Singapura pada 2015.
Selama bekerja di sana sebagai asisten rumah tangga, ia bekerja pada dua majikan berbeda.
“(Majikan) yang pertama, alhamdulillah, maa syaa Allah, baik. Saya ikut majikan pertama selama empat tahun. 2019 saya pindah ke majikan baru,” ujar Sugiyem.
Ia menyebut, selama satu tahun bekerja di majikan barunya, hak gaji selalu dipenuhi.
Namun demikian, sang majikan memiliki sifat temperamental dan kasar yang membuatnya tersiksa.
“Awalnya baik, tapi lama-kelamaan bertindak kasar. Pertama cuma marah-marah, tapi lama-lama melakukan kekerasan fisik,” ujar dia.
Sugiyem mengaku sering dipukuli, bahkan diseterika.
Luka bakar di tangan kanannya ialah bekas seterika.
“Pernah juga saya dipukuli pakai hanger pakaian. Hangernya bukan cuma satu, mungkin berlapis-lapis, karena saya rasa tebal waktu dia mukul,” jelas dia.
Menurut Sugiyem, majikan barunya ini sangat mudah marah.
Si majikan akan murka jika menganggap dirinya melakukan kesalahan, meski sepele.
Bahkan, perlakuan kekerasan yang mengakibatkan kedua matanya buta, dipicu oleh permasalahan yang mungkin bagi kebanyakan orang amat sangat sepele.
Penuturan Sugiyem mengenai hal ini sempat membuat para relawan PMI yang berkunjung ke rumahnya tertegun.
”Kekerasan yang membuat mata saya buta terjadi pada malam menjelang bulan puasa. Mata saya ditonjok-tonjok. Penyebabnya, saya masih ingat, karena saya tidak boleh melihat cermin yang di toilet. Tapi namanya orang keluar masuk lebih dari 20 kali sehari, saya kelupaan tidak menunduk, akhirnya saya masuk tidak sengaja melihat cermin. Katanya (majikan) saya bercermin, padahal saya tidak sengaja melihat kaca. Cuma karena saya melihat kaca dia marah,” papar dia.
Mengenai luka bekas seterika di tangan kanannya, Sugiyem tidak bisa menjelaskan kapan terjadinya.
Ia beralasan, ketika itu kedua matanya telah buta, sehingga ia tidak bisa membedakan antara siang atau malam.
“Pagi, siang, atau malam saja saya tidak tahu, apalagi bulan. Saya luka-luka dibiarkan saja, saya minta ke dokter nggak dikasih,” kata dia.
Sugiyem menambahkan, setiap kali si majikan perempuan marah, setelahnya ia tidak diberi makan selama dua sampai tiga hari.
Hal ini membuatnya kian tersiksa dan meminta dipulangkan.
Si majikan menolak memulangkan Sugiyem. Alasan awalnya, tidak ada pesawat, baru ada bulan empat (April).
“Tapi setelah beberapa bulan lewat, majikan nggak komentar apa-apa. Begitu saya tanyakan, katanya di Indonesia banyak yang kena corona, tertinggi angkanya. Saya tidak tahu ditakut-takuti atau memang betulan. Namanya juga saya tidak pegang HP,” ungkap dia.
Sugiyem akhirnya diizinkan pulang ke Indonesia setelah ia beralasan bahwa dirinya terkena guna-guna.
“Saya bilang, badan saya macam begini, saya kena sihir. Saya mau berobat ke pesantren. Baru saya dikasih pulang,” kata dia.
Akhirnya, Sugiyem berangkat ke tanah air pada Jumat 23 Oktober 2020 dan tiba di rumahnya di Sukolilo, Pati, pada keesokan harinya.
“Harapan saya cepat ditangani. Saya ingin mata saya sembuh, bisa melihat seperti semula,” ungkap dia lemah.
Kastono (40), adik kandung Sugiyem, berharap kakaknya bisa sembuh dan mendapat keadilan.
“Saya tidak tahu proses hukum di Singapura bagaimana, tapi harapan saya pelaku dihukum setimpal, sesuai keadaan kakak saya,” ungkap dia.
Ia juga mengatakan bahwa sejauh ini sudah ada pihak-pihak yang mendatangi keluarganya untuk memberi bantuan.
“Terima kasih pada semua pihak yang bersedia membantu keluarga kami, antara lain BP2MI (Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia) Semarang, Polres Pati juga sudah datang, kemudian Pak Riyanta advokat,” papar Kastono.
Sementara, Wakil Ketua II Bidang Bencana PMI Pati, Sugiyono, mengatakan bahwa kedatangan pihaknya ialah untuk menunjukkan kepedulian mereka pada kondisi Sugiyem. Selain itu ia juga menyalurkan bantuan berupa paket sembako.
“Penyerahan bantuan ini, baik dari PMI maupun Gugus Tugas, meski tidak seberapa, mudah-mudahan bisa sedikit membantu. Kami turut prihatin mendengar keterangan Bu Sugiyem. Mudah-mudahan ada keadilan untuk beliau dan penglihatannya bisa pulih,” harap dia.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Pati Tri Hariyama mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan BP2MI Semarang untuk menangani kasus yang dialami Sugiyem.
Baca juga: Video Permen Mengandung Ganja Kiriman Amerika Terungkap
Baca juga: Merasa Rugi Mobil Dicuri dari Showroom, Ayah Kandung Penjarakan Anak, Avanza Digadaikan Rp 20 Juta
Baca juga: Video Pencurian Kucing Oren di Semarang oleh Dua Gadis Terekam CCTV
Baca juga: Tagih Utang Nyawa Melayang, Bunda Maya Guru Ngaji Dibunuh Ditemukan Tewas di Sumur, Ini Pelakunya