TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Politisi senior PDI Perjuangan, Achmad Purnomo tidak menyaksikan putaran debat perdana Pilkada Solo 2020.
Debat tersebut menyajikan adu gagasan antara dua pasangan calon.
Kedua pasangan calon tersebut yakni, Gibran Rakabuming Raka - Teguh Prakosa dan Bagyo Wahyono - Fx Supardjo (Bajo).
Baca juga: Sopir Mobilio Kecelakaan Tewaskan Rombongan Remaja Semarang Ditetapkan Tersangka, Keluarga Tak Tahu
Baca juga: Inilah Sosok Ayu Intan Diduga Jadi Penyebab Letkol TNI Dwison Dicopot Sebagai Dandim 0736 Batang
Baca juga: Kapok Jadi Artis, Ade Londok Cerita Situasi di Balik Panggung Setelah Insiden dengan Malih
Baca juga: Inilah Sosok Mantan Istri Chef Juna WNA Bule Amerika, Cerai Karena Jarang. . .
Purnomo beralasan dirinya tidak bisa menyaksikan putaran tahapan Pilkada Solo 2020 lantaran menghadiri suatu acara.
"Tidak melihat. Saya menghadiri jagong (acara pernikahan) di Hotel Lorin," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (6/11/2020).
Purnomo menghadiri acara pernikahan anak seorang pengacara asal Solo yang dihelat bersamaan dengan putaran debat Pilkada 2020.
Meski begitu, ia telah berpesan ke anaknya untuk merekamkan putaran debat Pilkada Solo 2020.
"Saya sudah minta anak saya untuk merekam karena saya tidak bisa melihat langsung," tuturnya.
Mantan bakal calon Wali Kota itu mengaku Gibran tidak menelpon dirinya sebelum putaran debat dilangsungkan. Termasuk meminta wejangan darinya tidak.
"Tidak menelpon," ucap Purnomo.
Nyaris Terpancing Emosinya
Calon Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka nyaris terpancing emosinya saat mendapatkan pertanyaan dari Bagyo Wahyono soal perannya untuk milenial.
Dalam sesi debat perdana Pilkada Solo 2020 di The Sunan Hotel Solo pada Jumat (6/11/2020), anak Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu giliran menjawab pertanyaan pesaingnya.
Saat itu pasangan independen, Bagyo tukang jahit menanyakan, "Saya hanya pengen tanya, saya mau tanya, njenengan (kamu) jargonnya milenial, lha apa yang pernah njenengan lakukan untuk pembangunan di Kota Solo tentang milenal?," kata Bagyo.
Calon AD 1 yang berpasangan dengan Teguh Prakosa itu lantas menjawab jika di era kini sudah 4.0 dan disrupsi, maka akan membangun kreatif art hingga hard skill dengn menyediakan fasilitas sablon, mesin jahit dan 3D.
"Juga soft skill melalui pengembangan marketing dan membantu perolehan izin usaha," aku dia.
Bahkan menurut dia, anak muda di Solo potensial dan mampu membuat ekosistem bisnis.
"Sebenarnya bukan hanya anak-anak milenail saja," jelasnya.
Namun Bagyo menyela dan tampak tak puas sehingga mempertanyakan maksud yang dijelaskan Gibran kepadanya.
"Itu nanti apa yang sudah? Maksud saya yang sebelum ini, apa mas Gibran lakukan? sebelum ini, bukan nanti," katanya melempar lagi pertanyaan kepada Gibran.
Gibran tampak buru-buru menjawab dengan nada tinggi sempat terpancing pertanyaan menggelitik Bagyo.
"Terima kasih Pak Bagyo," tuturnya.
"Yang sebelum ini, saya memulai usaha umur 23 tahun, di media orang tahunya saya jualan martabak," ungkap dia dengan berapi-api.
"Saya punya bisnis-bisnis lain, kalau dihitung pegawai saya banyak sekali, makanya saya nyemplung ke politik agar bisa bermanfaat untuk orang yang lebih banyak lagi," terangnya.
"Mungkin konribusi saya belum banyak, ke depan bisa lebih lagi, mohon doanya!," papar Gibran dengan menggelegar.
Kontroversi Bajo Independen
Debat Calon Wali Kota Solo antara paslon Gibran Rakabuming - Teguh Prakoso dan Bagyo Wahyono - FX Supardjo diwarnai sejumlah pertanyaan menarik.
Dari salah satu pertanyaan itu, paslon Bagyo-Supardjo melontarkan keinginan yang kontroversial, bila terpilih menjadi pemimpin Kota Solo nantinya.
Para paslon itu menjawab keluhan warga Solo yang belum punya rumah.
Nah, mewakili pasangan Teguh-Gibran, Teguh Prakosa menjawab rusunawa atau rumah susun sederhana sewa menjadi pilihan pas bagi warga Solo yang belum punya rumah.
"Solo itu terlalu sempit. Kalau bangun rumah datar ya tidak bisa, jadi rusunawa adalah jawabannya,"
"Ke depan kita bisa membangun lagi di wilayah Mojosongo. Rusunawa bis ajadi jawaban untuk keluhan warga yang belum punya rumah," kata Teguh.
Nah, saat diberi gantian menjawab, Supardjo yang mewakili pasangan Bagyo-Supardjo atau Baji mengatakan, bila rusunawa merupakan model rumah yang terlalu tinggi untuk Kota Solo yang sempit.
Supardjo mengatakan, daerah bantaran sungai di Solo bisa dibangun untuk pemukiman penduduk.
"rusunawa terlalu tinggi, sehingga bisa ditambahkan di bantaran sungai. Sungai diberi talud dan sebagainya, sehingga bisa dibuatkan rumah di bantaran sungai, sehingga ada ruang bagi keluarga yang belum punya tempat tinggal," kata Supardjo.
Bagyo juga menambahkan.
"Saya sudah survey, ke daerah Semanggi. Itu kan masih luas sekali tanahnya,"
"Kita akan rembug bareng dengan warga Solo. Tanah seluas ini bisa didirikan rumah," kata Bagyo.
Jawaban paslon Bajo ini pun membuat Gibran dan Teguh keheranan.
Gibran pun mengungkapkan keheranannya saat diberi kesempatan untuk mengomentari jawaban pasangan Bajo.
"Baik Pak Bagyo, kembali ke masalah rumah yang didirikan di bantaran Sungai. Ini semua kota sudah membersihkan,"
"Ini kok Pak Bagyo akan membangun di bantaran sungai, ini apa nggak melanggar regulasi yang ada?," tanya Gibran.
Meski demikian, pertanyaan ini tidak bisa lagi dijawab oleh paslon Bagyo-Supardjo karena waktu yang sudah habis. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Achmad Purnomo Mantan Rival Gibran Blak-blakan Tak Saksikan Debat Pilkada Solo 2020, Ini Alasannya
Baca juga: Keunggulan Biden di Pilpres AS Topang Penguatan Rupiah
Baca juga: Prediksi Atalanta Vs Inter Milan Serie A Liga Italia, H2H, Susunan Pemain dan Link Live Streaming
Baca juga: Jawaban BIN soal Pelaku Pembakaran Halte Sarinah, Haris Azhar Temukan Keanehan
Baca juga: Gibran Sampaikan Dua Tantangan Besar Kota Solo, Berikut Penjelasannya