TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Muhammad Jusuf Kalla, menolak seruan jihad yang dikumandangkan sekelompok orang melalui azan di masjid.
Menurut JK, azan jihad adalah sebuah kekeliruan yang harus diluruskan.
”Azan 'hayya alal jihad' itu keliru, harus diluruskan. DMI menyatakan secara resmi menolak hal-hal seperti itu. Masjid jangan dijadikan tempat untuk kegiatan yang menganjurkan pertentangan,” kata JK dalam keterangan tertulisnya, Selasa (1/12/2020).
Baca juga: Rumah Ibunda Mahfud MD di Pamekasan Digeruduk Pendukung Rizieq Shihab, Sementara Pindah
Baca juga: 29 WNI Anggota Jamaah Tabligh Akhirnya Bisa Dipulangkan dari India
Baca juga: Pria Begal Payudara Ditangkap Polisi, Juga Mengaku Suka pada Anak Perempuan
Pernyataan JK itu disampaikannya menyusul beredarnya video di media sosial yang merekam sekelompok orang di masjid yang melafalkan azan dengan tambahan kata jihad.
Dalam video yang sempat viral itu tampak sejumlah orang bergamis putih dan berpeci mendengarkan azan.
Muazin meneriakkan “hayya alajihad” yang disambut oleh jamaah lain dengan ucapan yang sama disertai kepalan tangan.
Dalam video yang dibagikan akun Twitter @AntiBuzzerRp, tak kurang 10 video azan yang menayangkan ajakan jihad dibagikan.
Seluruh video itu direkam oleh orang dan di tempat berbeda-beda.
Video tersebut dinilai menimbulkan keresahan karena masjid jadi tempat ajakan berjihad.
JK menjelaskan, jihad selama ini kerap disalahartikan dengan membunuh, mengebom, atau saling mematikan.
Ia menyinggung kasus pembantaian di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, belakangan ini yang dinilai sebagai bentuk pelanggaran luar biasa dan harus dihukum oleh negara.
Sementara menurutnya, jihad tak selamanya bermakna negatif.
JK menuturkan, menuntut ilmu atau berdakwah juga bisa diartikan berjihad.
”Sehingga kalau mau berjihad, dapat dilakukan dalam menuntut ilmu atau berdakwah,” ucap Wakil Presiden ke-10 dan 12 itu.
Penolakan terhadap azan jihad sebelumnya juga disampaikan Ketua MUI Pusat, KH Cholil Nafis.