Berita Jateng

Jateng Butuh Rp 130 Triliun Bangun Tol Baru: Segitiga Emas Bandara NYIA, Adi Soemarmo dan Ahmad Yani

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

simpang susun tol Adiwerna Kabupaten Tegal dengan latar belakang Gunung Slamet

TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Sejumlah ruas jalan tol di Jawa Tengah saat ini tengah digarap.

Misalnya ruas Semarang-Demak yang saat ini tengah pembangunan fisik.

Lalu progres pembangunan ruas tol Solo-Jogja yang tengah dilakukan pembayaran pembebasan lahan terdampak.

Tidak hanya itu, sejumlah ruas jalan tol di Jateng direncanakan akan dibangun dalam lima tahun ke depan.

Setidaknya dibutuhkan pendanaan atau total market investasi sebesar Rp 130 triliun.

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Danang Parikesit, menuturkan pihaknya mengupayakan untuk membentuk segitiga emas yang dapat meningkatkan perekonomian dan konektivitas wilayah, khususnya Yogyakarta, Solo dan Semarang (Joglosemar).

Saat ini, baru Semarang-Solo yang sudah terkoneksi jalan bebas hambatan.

Ruas Solo-Jogja-Bandara Internasional Yogyakarta atau NYIA dan Bawen-Jogja sedang proses.

"Tol Solo- Jogja dengan nilai investasi Rp 26,64 triliun dan konsesi 40 tahun ini sedang pembebasan lahan.

Ditargetkan rampung Januari 2024.

Pekan depan syukuran, dimulai pekerjaan konstruksi.

Ini termasuk cepat," kata Danang saat menjadi narasumber webinar yang diadakan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya (DPUBMCK) Jateng, Minggu (6/12/2020).

Progres cepat yang dilakukan, kata dia, sama halnya dengan ruas Bawen- Jogja.

Pada 13 November sudah dilakukan tanda tangan kesepakatan Badan Usaha Jalan Tol PT Jasamarga Jogja-Bawen.

Biaya investasi tol ini mencapai Rp 14 triliun dengan konsesi 40 tahun.

Tol yang memiliki panjang 75,82 kilometer ini direncanakan beroperasi 2023.

Sejumlah simpang susun (SS) atau exit tol akan dibangun di Bawen, Ambarawa, Temanggung, Magelang, Borobudur, dan Banyurejo.

Tol segitiga emas ini akan mengkoneksikan tiga bandara yakni NYIA, Adi Soemarmo, dan Ahmad Yani.

"Menempuh perjalanan antar-bandara ini hanya satu jam. Ini untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah," terangnya.

Danang menjelaskan, pembangunan tol di Jateng tidak hanya menyambungkan Joglosemar. Masih banyak program atau rencana pembangunan ke depan.

Jalan tol yang akan dibangun selanjutnya yakni Cilacap-Jogja, Tegal atau Pejagan-Cilacap, dan Pekalongan-Magelang, Semarang Harbour, Demak-Tuban.

Danang yang juga guru besar bidang transportasi Universitas Gajah Mada (UGM) ini menuturkan ada rencana pembangunan ruas tol Cilacap-Jogja sepanjang 125,5 kilometer yang membutuhkan biaya Rp 25,9 triliun dan ruas Demak-Tuban sepanjang 176,9 kilometer dengan nilai Rp 27,4 triliun.

Keduanya masih dalam tahap outline business case yakni perencanaan formal yang menjelaskan secara rinci, cakupan biaya, keterjangkauan, risiko, rute pengadaan, dan jadwal proyek.

Sementara tol yang dalam tahap perencanaan penerbitan persetujuan prakarsa awal yakni ruas tol Tegal (Pejagan)- Cilacap sepanjang 99,8 kilometer dengan nilai Rp 20 triliun.

Ruas yang tengah persiapan transaksi atau lelang yakni tol Semarang Harbour dengan panjang Rp 20,9 kilometer dengan biaya Rp 11,4 triliun.

Sejumlah ruas tol yang akan dibangun di Jateng tersebut ada yang merupakan solicited atau inisiatif pemerintah serta unsolicited yang merupakan usulan badan usaha.

"Hari ini jalan tol akan menjadi wilayah investasi menarik. Contoh di gate tol Kalikangkung dimana saat kondisi PSBB (pembatasan sosial berskala besar) kemarin terjadi penurunan signifikan. Namun, traffic recovery-nya tinggi, reborn cepat. Bandingkan di bandara yang lambat, jalan tol tinggi. Ini satu hal positif," ujarnya.

Ia melanjutkan pengembangan insfastruktur jalan tol di jateng cukup ekstensif. Serta akan masih dikembangkan menjadi jaringan jalan tol yang optimis.

Oleh karena itu, ia mengharapkan dapat bermitra dengan pengusaha lokal, termasuk Bank Jateng, untuk keperluan supply chain financing. Skema pendanaan alternatif untuk mendorong percepatan pembangunan tol dibutuhkan saat ini.

Dengan skema ini, semua kontraktor dan supplier secara bersama-sama akan membayar lebih dulu dan saling membiayai proyek tersebut.

"Dengan supply chain selama konstruksi dan operasi yang terkelola baik, sedapat mungkin dilakukan pengusaha lokal termasuk Bank Jateng," kata Danang.(mam)

Berita Terkini