iżā zulzilatil-arḍu zilzālahā
“ Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan ( yang dahsyat )”
اِذَا زُلْزِلَتِ اَىْ حُرِكَتْ حَرَكَةً شَدِيْدَةً yakni : bergerak dengan sangat keras ( dahsyat ). Lafadz : زِلْزَالَهَا, adalah masdar yang disandarkan kepada subyek, dan penyebutan masdar disini berfungsi sebagai penguat (لِلتَّأْكِيْد).
Makna ayat : Berguncangnya bumi saat tiba hari kiamat, guncangannya yang sangat dahsyat membuat semua yang ada di atasnya luluh lantah dan hancur berantakan, seperti pepohonan, gunung – gunung dan bangunan – bangunan. Firman Allah SWT :” Wahai manusia ! Bertaqwalah kepada Tuhanmu; sungguh, guncangan (hari) kiamat itu adalah suatu ( kejadian yang sangat besar )”. ( QS Al Hajj : 1 ). Firman Allah yang lain :” Apabila bumi diguncangkan sedahsyat – dahsyatnya”. ( QS Al Waqi`ah : 4 ).
Ibnu Abbas dan Mujahid mengatakan, peristiwa ini terjadi pada tiupan sangkakala yang pertama (ا فِى النَّفْخَةِ الْاُولٰى ).
wa akhrajatil-arḍu aṡqālahā
“ Dan bumi telah mengeluarkan beban – beban berat ( yang ) dikandungnya”.
وَاَخْرَجَتِ الْاَرْضُ mendatangkan isim dhohir di tempat isim dhomir adalah untuk memperkuat pernyataan ( لِزِيَادَةِ التَقْرِيْرِ ). (اَثْقَالَهَا) قَوْلُهُ adalah jamak dari isim mufrod ثِقْلٌ (بِالْكَسْرِ ) yang artinya beban seperti اَحْمَالٌ –حِمْلٌ. Mujahid berkata : اَثْقَالَهَا ( beban – beban berat yang di kandungnya ) adalah orang – orang mati yang ada didalamnya. Abu Ubaidah dan Al Akhfasy berkata : “ Apabila mayat berada didalam bumi, maka ini disebut beban berat yang dikandungnya dan apabila berada diatasnya, maka disebut beban berat yang diatasnya”. Ada yang mengatakan اَثْقَالَهَا adalah كُنُوْزُهَا ( harta – harta yang tersimpan didalamnya ). Bumi mengeluarkan segala apa yang ada didalam perutnya berupa orang – orang mati dan benda – benda yang terkubur didalamnya. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada didalamnya dan menjadi kosong “ ( QS. Al Insyiqaq : 3 – 4 ). Imam Muslim dan Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata;” Rosulullah SAW bersabda :” Bumi akan memuntahkan isinya seperti emas dan perak, pembunuh akan datang dan berkata ,” demi ini aku membunuh”. Orang yang memutus silaturrahim berkata,” demi ini aku memutus tali silaturrahim”. Pencuri berkata,” karena ini tanganku dipotong”. Lantas mereka meninggalkan itu ( emas dan perak ) dan tidak mengambilnya sedikitpun. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas dan Mujahid bahwa jasad orang – orang yang telah mati ( اَمْوَاتُهَا ) akan keluar dari bumi dalam keadaan hidup kembali, seperti dilahirkan dari seorang ibu pada tiupan sangkakala yang kedua ( فِى النَّفْخَةِ الْثَّانِيَّةِ ).
wa qālal-insānu mā lahā
“Dan manusia bertanya :” Mengapa bumi ( menjadi begini )?”
Kata الْاِنْسَانُ adalah isim jinis yang bersifat umum yang meliputi orang mu`min dan orang yang tidak beriman. مَا لَهَا adalah mubtada` dan khobar, dan menyimpan makna ketakjuban.
Makna ayat : Setiap individu dari manusia baik yang beriman maupun tidak beriman mengatakan, mengapa bumi bergoncang begini?”karena begitu mengejutkan dan mengerikan.
yauma`iżin tuḥaddiṡu akhbārahā
“ Pada hari itu bumi menceritakan beritanya”.
Lafadz يَوْمَىِٕذٍ dinasabkan oleh اِذَا زُلْزِلَتِ, dan tanwin yang ada adalah tanwin عِوَضٌ ( pengganti ) dari tiga jumlah yang berada setelah lafadz اِذَا. Lafadz تُحَدِّثُ adalah jawab dari اِذَا dan ia adalah fi`il muta`adi dua maf`ul, maf`ul yang pertama makhduf ( dibuang ) dan maf`ul yang kedua adalah lafadz اَخْبَارَهَا. At Taqdir : تُحَدِّثُ النَّاسَ اَخْبَارَهَا.
Makna ayat : Pada waktu goncangan yang sangat dahsyat tersebut terjadi, bumi memberi tahu kondisinya, berbicara tentang perbuatan yang telah dikerjakan diatasnya, baik dan buruk.
Allah SWT membuat bumi dapat berbicara agar dia bersaksi atas hamba – hambanya.
( قَالَ ابْنُ عَبَاسٍ فِى الْاَيَةِ قَالَ لَهَا رَبُّهَا، قُوْلِى فَقَالَتْ) . Ibnu Abbas berkomentar tentang ayat ini, Allah berfirman kepada bumi,” Berkatalah ”, maka bumi berbicara. Allah SWT berfirman :” ia patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh”. ( QS. Al Insyiqaq : 5 ).
Imam Ahmad, Tirmidzi dan Nasa`i meriwayatkan dari Abi Hurairah, dia berkata : قَرَأَ رَسُوْلُ اللهِ صَلى الله عليه وسلم: ( يَوْمَىِٕذٍ تُحَدِّثُ اَخْبَارَهَا) قال: «أَتَدْرُوْنَ مَا أَخْبَارَهَا»؟ قَالُوْا: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قال: «فَإِنَّ أَخْبَارَهَا أَنْ تَشْهَدَ عَلَى كُلِّ عَبْدٍ أَوْ أُمَّةٍ بِمَا عَمِلَ عَلَى ظَهْرِهَا، اَنْ تَقُولَ: عَمِلَ كَذَا وَكَذَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا، فَهَذِهِ أَخْبَارُهَا