Dilansir dari News18, Jumat (18/6/2021), WHO menyebutkan, peningkatan prevalensi varian Lambda telah tercatat di beberapa negara di AS, seperti:
- Chili ile (31 persen prevalensi keseluruhan di antara urutan 7 yang diajukan sejak pertama kali sampai saat ini).
- Peru (9 persen)
- Ekuador (8 persen)
- Argentina (3 persen)
WHO mengungkapkan, Peru melaporkan sebanyak 81 persen kasus Covid-19 yang diurutkan sejak April 2021 dikaitkan dengan Lambda.
Laporan lain juga datang dari Argentina.
Negara ini melaporkan ada prevalensi Lambda sejak minggu ketika Februari 2021.
WHO menambahkan, prevalensi varian Lambda telah meningkat dari waktu ke waktu, bahkan sudah dilaporkan di 29 negara di dunia.
Tidak hanya tersebar di 29 negara, varian Lambda juga membawa sejumlah mutasi dengan dugaan implikasi fenotipik, seperti meningkatkan potensi penularan atau kemungkinan memperkuat ketahanan virus terhadap antibodi penetral.
Hal ini ditandai dengan mutasi pada protein lonjakan, termasuk G75V, T76I, del247/253, L452Q, F490S, D614G dan T859N.
Namun, belum cukup bukti untuk menarik kesimpulan apa pun dan WHO berencana untuk melakukan studi baru untuk memahami lebih lanjut tentang jenis virus baru.
Mereka juga akan memantau Lambda secara ketat dalam hal penularan dan resistensi terhadap antibodi penetralisir.
Selain itu, WHO akan menerima panggilan apakah harus dipindahkan ke varian daftar kekhawatiran atau tidak.
Karena termasuk dalam VOI, contoh varian lain yang tergabung dalam VOI yakni varian Delta.
Varian Delta diklasifikasikan dalam daftar VOI mulai 11 Mei 2021.
Strain virus yang pertama kali ditemukan di India ini telah dikategorikan sebagai varian yang mengkhawatirkan.
Sementara, untuk mutasi virus yang termasuk varian of concern (VOC) yakni B.1.1.7 (Alpha), B.1.351 (Beta), P.1 (Gamma), B.1.427 ( Epsilon), dan B.1.429 (Epsilon).(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "WHO Ungkap Varian Baru Lambda di 29 Negara, Ini Penjelasannya