Wawancara

WAWANCARA : Addi MS : Saya Ingin Menjadi Musisi Bukan Komisaris

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Addie MS 

TRIBUNJATENG.COM -- Komposer Indonesia, Addie MS menceritakan perjalanan karinya membangun Twilite Orchestra.

Grup musik yang bermula dari ajakan untuk tampil di acara rumahan ini nyatanya telah melalang buana ke berbagai macam negara. A

ddie bersama Oddie Agam dan pengusaha Indra Usmansjah Bakrie, pada tahun 1991 mendirikan Twilite Orchestra.

Sebuah pops orchestra, yakni orkestra simfoni yang tidak hanya memainkan musik klasik saja, namun juga musik film, drama musikal, musik pop, dan tradisional yang diaransemen secara simfonik.

Di sisi lain,Addie MS juga berbicara mengenai wacana Presiden Joko Widodo atau Jokowi tiga periode. Addie MS merupakan pendukung Presiden Jokowi. Ia melihat Jokowi sebagai sosok yang amanah. Diyakininya, telah memberikan banyak manfaat kepada masyarakat Indonesia.

Hal itu disampaikan Addie saat wawancara khusus dengan News Manager Tribun Network, Rachmat Hidayat dan Editor Senior Tribun Network, Hasanah Samhudi Senin (5/7/).

Berikut hasil cuplikan wawancaranya:

Bagaimana aktivitas Anda di tengah pandemi Covid-19?

Kesibukan selama pandemi yang mana sudah 1,5 tahun ini, amat berbeda dengan kesibukan sebelumnya. Ada aktivitas konser, performing, atau non-konser, seperti rekaman.Sekarang yang dipanggung drop.

Lumayan curam. Selama pandemi dua kali konser amat terbatas dengan banyak pembatasan. Ada jenis aktivitas baru yang dulu tidak dilakukan, sekarang jadi mengasyikan.

Yaitu, kegiatan lebih ke sosial. Dari bantu kiri-kanan, ada pengusaha melihat aktivitas saya ikut bantu. Ini sungguh pekerjaan nikmat, bisa menyalurkan dan melihat betapa gembira terharunya orang yang kepepet menerima bantuan.

Tidak semuanya berasal dari dompetku. Setidaknya saya bisa melakukan langkah kecil. Terus rekaman masih. Bikin mars. Ini meningkat kegiatan ini. Tentunya buat lagu plus rekaman dengan orkestra, direkam secara streaming.

Bagaimana cerita Twilite Orchestra?

Twilite Orchestra didirikan persis 30 tahun yang lalu tahun 1991. Bermula dari ajakan untuk tampil di acara Indra Bakrie, Odhie Agam, kita bertiga mendirikan.

Awalnya dicibir, paling 2 bulan bertahan. Saat itu saya sedang aktif buat album Vina Panduwinata, Chrisye, Harvey. Jadi Twilite Orchestra inginnya fokus, saya tinggalkan job-job bikin jingle, scoring, full fokus ke musim simfonik.

Tapi tahun-tahun berikutnya saya bersyukur, dan ingat teman-teman yang bercanda taruhan paling dua bulan. Saya selalu tidak berhenti bersyukur. Sekarang sudah 30 tahun.

Bagaimana pandemi berdampak pada dunia musik?

Yang jelas di panggung, pemain orkes, pianis, atau kafe, itu memprihantinkan. Bahkan pengamen memprihatinkan juga, saya sedih dan selalu memikirkan mereka.Beberapa ada yang tidak punya asuransi. Sedih sebenarnya.

Tapi itu yang terjadi, beberapa merasa profesi musik tidak relevan dengan perkembangan zaman. Tidak ada yang bisa memprediksi kapan selesai pandemi.

Ada yang gantung biola, berganti profesi. Padahal untuk menjadi seorang profesional harus mengorbankan waktu dan lain-lain. Saya harus survive, tapi terus menyalakan api untuk berkreativitas. Kalau itu redup itu bahaya.

Dengan cara buku-buku lama yang belum sempat dibaca. Atau YouTube belajar dari situ. Terus menambah ilmu, lalu mengaplikasikan. Sambil memikirkan untuk membantu mereka yang tidak bisa bergerak.

Aktivitas sosial, cukup intens. Sebelum PPKM Darurat. Saya sempatkan sebelum pulang ada ngasih sumbangan alat kesehatan, masker segala macem, mungkin tidak cukup, tapi mengingatkan sesama untuk saling memikirkan, bahwa kita bisa melalui masa sulit ini.

Dengan semangat gotong royong bukan terus mengeluh pemerintah begini, kurang ini, dikit-dikit ngeluh, tapi look at yourself apa yang kamu bisa lakukan. Saya ngomong sama GM Plataran Hotel, apa yang bisa kita lakukan langsung pengadaan masker, sanitizer, mudah-mudahan yang melihat mau ikut juga.

Ada diskusi antar musisi untuk saling membantu?

Ada tapi bukan yang menonjol sekali. Komunitas-komunitas tertentu. Kalau bicara pandemi ini, meski bukan epedimiolog. Bukan dokter, tapi common sense, saya memiliki pandangan kita tidak bisa optimis epidemi akan berakhir pada waktu tertentu.1918 ada panic flu.

Second wave lebih dahsyat. Kemudian hilang begitu saja. Itu faktor x kita tidak tahu. Kemudian banyak virus yang belum ketemu vaksin, kok bisa kita hidup dengan virus itu. Muncul virus baru yang kita sedang berlomba-lomba menyempurnakan vaksin.

Orchestra identik dengan mahal dan kurang merakyat?

Gimana bisa merakyat instrumennya saja mahal. Kalau mau instrumen benar itu memang mahal. Tidak sama dengan kecrek-kecrek dengan gitar, ukulele kan bisa murah.Orkestra itu terompet, pianonya, pasti mahal. Belajarnya masuk conservatory prosesnya panjang, mahal, tapi di luar sana di negara-negara maju.

Di semua negara maju itu, musik ini mendapat bantuan dari pemerintah, subsidi. Seperti musik daerah sebenarnya harusnya dipelihara pemerintah, supaya musik terpelihara.

Musik simfoni suka tidak suka menjadi modernitas suatu bangsa dianggapnya. Di kita tidak ada hal itu, tidak ada bantuan yang cukup dari zaman Soeharto sampai sekarang.Zaman Soekarno perhatiannya lumayan.

Bung Karno sering mampir ke RRI, ada studio 5, latihannya saja Bung Karno menikmati sambil makan singkong pagi-pagi. Sudah selesai dia kerja ke Istana. Di kita belum ada perhatian seperti itu.

Anda sempat mencuit di Twitter, saya ingin menjadi musisi bukan komisaris?

Sejak saya tentukan sikap saya mendukung Pak Jokowi. Pastilah ada yang tidak suka. Wajar mereka tidak suka ke saya. Apalagi difitnah. Sehebatnya serangan saya tidak seberapa. Dibanding serangan ke Pak Jokowi. Dibilang komunis, planga plongo, dan luar biasa sadisnya,

Masif dan lama sekali. Zaman Pak Harto tidak mungkin lah itu terjadi. Ini terus menerus. Kalau saya di China, sering kali dapat istilah, saya penjilat, menunggu jatah komisaris, menteri, atau BuzzerRP. Dapat proyek ini itu.

Tapi ada kalanya saya capek juga ya. Sering kali ketawa-ketawa saja. Tapi ada satu waktu, capek juga, murahan banget si seolah-olah apa yang dilakukan untuk mendukung presiden seolah-olah tujuan komisaris, sesempit itu.

Kenapa bisa berpikir sekerdil itu. Memang tidak ada hal lain, di luar bumi ini, cuma ada komisaris tujuan akhir hidup. Saya merasa being conductor maintaining Twilite Orchestra 30 tahun hal yang saya syukuri.

Makanya saya tweet itu, menjelaskan bahwa dari dulu yang saya inginkan menjadi musisi bukan jadi komisaris. Tapi digoreng lagi. Saya tulis, saya tegaskan saya musisi dan tidak bercita-cita menjadi pejabat. Tolong screenshot ini.

Kalau saya berubah, tiba-tiba saya jadi komisaris, pakai ini untuk bully saya ramai-ramai. Untuk meyakinkan tujuan hidup saya bukan itu. Semua orang memiliki kecerdasan untuk jadi menteri. Itu syarat kompetensi tertentu. Saya merasa tidak cocok dan tidak punya kompetensi.

Kalau saya dipanggil Pak Jokowi ditawarkan, jelas saya tidak akan mau. Saya tidak bisa ngomong pernah ditawarkan atau tidak. Suka ada survei, nama saya jadi calon menteri, siapa ini yang naruh. Saya tidak pernah kepengin. Harusnya sih sudah sejak lama, Pak Jokowi dan stafnya tahu saya tidak akan mau.

Bagaimana respon Anda soal wacana jabatan tiga periode?

Pak Jokowi sudah dua periode. Sebenarnya PR belum selesai-selesai amat. Hati kecil kalau tambah satu periode, tuntas. Tapi kita punya UU ada pembatasan. Sebaiknya orang kalau dikasih kekuasaan terlalu lama, terganggu, tergoda, manusiawi.

Hati kecil ingin Jokowi, daripada yang meneruskan nanti seperti yang sudah kita lihat kepala daerah seolah-olah hasil kerja sebelumnya dihapus, disamarkan, atau dihilangkan.Bayangkan apa yang Jokowi kerjakan, berikutnya itu menafikan apa yang dicapai.

Takut kemunduran yang terjadi. Kalau bisa memang terus. Tapi situasi tidak mendesak. Jadi ada calon lain, kenapa tidak calon lain.

Siapa saja yang kalau bisa agak seirama dengan Pak Jokowi. Artinya bukan anti sehingga bekas Pak Jokowi dihapus, diobrak-abrik, saya berharap penerus nanti melanjutkan.

Jadi singkatnya sebaiknya Pak Jokowi tetap dua periode sesuai konstitusi, fokus presiden berikutnya yang kalau bisa satu chemistry. Pembangunan yang sudah ada diteruskan.(tribun network/denis destryawan)

Baca juga: Harga Emas Antam di Semarang Hari Kamis 8 Juli 2021 Naik Rp 5.000, Ini Daftar Lengkapnya

Baca juga: CCTV Rekam Sang Gadis Sukarela Masuk Hotel Bareng Sopir Taksi, Ibu Korban Melapor Anaknya Diperkosa

Baca juga: Resep Bir Pletok untuk Kekebalan Tubuh, Bahan Utama Jahe, Bisa Disajikan Hangat atau Dingin

Baca juga: Prakiraan Cuaca Jawa Tengah Hari Ini dari BMKG Rabu 8 Juli 2021: Potensi Hujan di Sejumlah Wilayah

Berita Terkini