TRIBUNJATENG.COM - "Mungkin 10 tahun yang lalu, banyak oang yang marah kepada pak Harto.
Tapi sekarang orang mulai mengingat kembali sejarah keberhasilannya,"kata mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menyampaikan kata pengantar di buku biografi 'Pak Harto: The Untold Stories' pada tahun 2011 lalu.
Sosok mantan Presiden Soeharto memang selalalu menarik dibicarakan.
Soeharto adalah Presiden kedua Republik Indonesia.
Pada 21 Mei 1998, Soeharto mengumumkan berhenti dari jabatannya sebagai Presiden.
Sejak peristiwa itu, sosok Soeharto mulai jarang muncul di depan publik.
Namun sosoknya masih selalu dikenang bahkan pada setiap pelaksanaan proklamasi Republik Indonesia.
Tentang sejarah proklamasi, ada rasa penasaran di benak sebagian besar publik, di mana Soeharto berada saat proklamasi RI 17 Agustus 1945?
Usia berapa Soeharto saat Soekarno dan Mohammad Hatta membacakan teks proklamasi pertama kali? Apakah dia sudah jadi tentara waktu itu?
Dilansir dari TribunJambi, banyak orang ingin mengetahui keberadaan Soeharto saat Proklamasi Kemerdekaan RI dibacakan.
Tapi sebelum menjawab itu, sebaiknya Anda mengetahui perjalanan karier Soeharto dari awal masuk tentara.
Berikut ini awal mula Soeharto menjadi tentara.
Soeharto merupakan satu di antara segelintir tentara yang memiliki pangkat hingga Jenderal Besar bintang lima.
Melansir Nakita, karier militer Soeharto berawal saat menjadi prajurit KNIL pada 1942 atau tentara kerajaan Hindia Belanda.
Saat Jepang menduduki Indonesia dan Belanda menyatakan menyerah, Soeharto bergabung dalam prajurit PETA (Pembela Tanah Air).
Berdekatan dengan sebelum waktu menyerahnya Jepang, Proklamasi kemerdekaan RI dibacakan Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 156, Jakarta.
Begitu Jepang kehilangan kekuasaan dan Indonesia memasuki masa transisi revolusi untuk mempertahankan kemerdekaan, Soeharto yang sudah memiliki keterampilan bertempur langsung bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Sebagai anggota TKR yang kemudian menjabat Batalyon X, Soeharto terlibat dalam berbagai pertempuran sengit melawan pasukan Sekutu dan Belanda.
Pasukan Sekutu yang datang ke Indonesia pasca proklamasi 1945 itu bertugas melucuti tentara Jepang sekaligus mengambil alih kekuasaan RI ke tangan kolonial Belanda.
Pada 1949
Soeharto saat itu berpangkat Letkol, pernah terlibat dalam beberapa pertempuran besar di kawasan Banyubiru, Ambarawa (Palagan Ambarawa), dan serbuan dadakan ke kota Yogyakarta yang kemudian dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret 1949 atau Enam Jam Di Yogya.
Pascakemerdekaan, Soeharto tetap memiliki peran yang penting dalam lingkup militer (TNI).
Soeharto kemudian mengemban amanah sebagai Paglima Mandala untuk membebaskan Irian Barat dan sekaligus penumpasan Gerakan 30 September (Gestapu), pada dekade yang sama, Soeharto juga menjabat sebagai Pangkostrad.
Irian Barat kembali ke pangkuan RI pada 1 Mei 1963 dan Gestapu berhasil diredam pada Oktober 1965.
Jenderal Besar, Presiden dan Orde Baru
Maret 1967, Soeharto dikukuhkan sebagai presiden ke-2 RI menggantikan Soekarno yang dituntut mundur oleh mahasiswa dan masyarakat pada Juli 1966.
Soeharto kemudian menjadi presiden RI dengan berbagai gejolak politik dan ekonomi yang turut mewarnai hingga 21 Mei 1998.
Sebagai seorang militer yang telah kenyang berbagai pertempuran besar, Soeharto pernah dianugerahi kehormatan tertinggi sebagai Jenderal Besar TNI.
Ia wafat pada 27 Januari 2008 dan dimakamkan dengan upacara kebesaran militer di Astana Giri Bangun, Solo, Jawa Tengah.
Karir Soeharto
Karir Soeharto yang menjadi semacam batu loncatannya untuk menduduki Presiden RI adalah saat menjabat sebagai Pangkostrad pada 6 Maret 1961.
Awalnya, KSAD Jendral TNI Abdul Haris Nasution menginstruksikan untuk membentuk kekuatan cadangan strategis yang besifat mobil di akhir tahun 1960, yang kemudian dikenal sebagai Korps Ke-1 Cadangan Umum Angkatan Darat (Korra 1/Caduad), panglima pertama yang menjadi komandannya adalah Brigjen TNI Soeharto.
Hingga Caduad berubah nama menjadi Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), Soeharto yang tetap menjabat sebagai panglimanya (Pangkostrad).
Pada saat yang bersamaan, Soeharto juga menjabat sebagai Panglima Mandala pembebasan Irian Barat berpangkat Mayor Jenderal.
Dua jabatan sebagai panglima yang membawahi puluhan ribu pasukan ini membuat karir Soeharto berkembang secara drastis hingga menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Sejarah Kostrad
Dilansir dari laman kostrad.mil.id, pada awal tahun 1961 tepatnya 6 Maret 1961 telah diresmikan Cadangan Umum Angkatan Darat (CADUAD) dimana Mayjen TNI Soeharto ditunjuk menjadi Panglima KORRA I CADUAD, sedangkan kepala stafnya dijabat oleh Brigjen TNI Ahmad Wiranata Kusuma.
Untuk pengisian personel KORRA I CADUAD diambil dari Kodam-Kodam. Sehingga akhirnya KORRA I / CADUAD mempunyai kekuatan I Divisi Inf dengan memiliki pasukan inti 1 Brigade Para, satuan Banpur dan satuan Banmin.
Dalam usianya yang masih muda, KORRA I CADUAN diberi kepercayaan untuk melaksanakan tugas operasi TRIKORA untuk membebaskan Irian Barat dari tangan penjajah Belanda.
Menindak lanjuti tugas penting ini, maka pada awal 1962 dibentuklah Komando Mandala di wilayah timur Indonesia dengan markas besarnya di Ujung Pandang, dengan Panglima Mandalanya yaitu Brigjen TNI Soeharto.
Dalam operasi ini melibatkan AD, AL, AU Sukarelawan dan masa rakyat dengan sandi “OPERASI JAYAWIJAYA”.
Misi dari Operasi Jayawijaya ini untuk membebaskan Irian Barat dari tangan penjajah Belanda dengan mengadakan perang terbuka jika perundingan perdamaian dengan Belanda di New York mengalami kegagalan.
Dalam rangka menyiapkan perang terbuka, maka pada tanggal 19 Desember 1961 terlebih dahulu dilakukan infiltrasi di daerah Fak-fak, Misoi, Wagiu, Serui, sorong, Kaimani.
Akhirnya pertengahan Agustus 1962 dilakukanlah serbuan umum melawan penjajah Belanda dengan sasaran wilayah Biak, Jayapura.
KORRA 1 / CADUAD sendiri menurunkan 1 Divisi, hal ini menyebabkan gentarnya pihak Belanda dengan keputusan menyerah tanpa syarat.
Penyerahan Irian Barat ini dengan ditandainya berkibarnya bendera merah putih pada tanggal 1 Maret 1963.
Setelah Irian Barat berhasil masuk wilayah NKRI, maka Operasi kemudian dilanjutkan dengan Operasi “WISNU MURTI’ yaitu Operasi lanjutan sebagai langkah konsolidasi yang bersifat Binter dan Operasi Linud yang sifatnya tempur.
Berdasarkan pengalaman dari Komando Mandala ini, maka Mayjen TNI Soeharto membuat evaluasi yang intinya perlunya dibentuk pasukan cadangan strategis.
Akhirnya gagasan ini disetujui, maka berdasarkan Skep Kasad No : KPTS 178/2/1963 tgl 19 Feb.1963 diputuskan bahwa KORRA I CADUAD resmi menjadi KOSTRAD
KOSTRAD dalam perjalanan sejarahnya pernah mendapat ”SAMNYA PURNA NUGRAHA’ dari Presiden RI pada acara ulang tahun KOSTRAD ke 8 thn 1969
Dalam perkembangan organisasi, Kostrad hingga saat ini telah memiliki 3 Divisi Infanteri, Staf Ahli Pangkostrad, Inspektorat Kostrad, Staf Umum (Staf Perencanaan, Staf Intelijen, Staf Operasi, Staf Personil, Staf Logistik, Staf Teritorial dan 23 Satuan Badan Pelaksana)
23 Satuan Badan Pelaksana terdiri dari Puskodal, Hukum, Keuangan, Polisi Militer, Penerangan, Jasmani Militer, Pembinaan Mental, Kesehatan, Peralatan, Ajudan Jenderal, Zeni, Perbekalan, Perhubungan, Informasi dan pengolahan data, Sandi, LO Laut, LO Udara, Puskopad, Sekertariat Umum, Detasemen Markas Kostrad, Detasemen pemeliharaan daerah latihan, Batalyon Intelijen.
Divisi Infanteri-1 terdiri dari 2 Brigif Para Raider, 1 Brigif Raider, 1 Resimen Armed, 1 Yon Arhanud, 1 Yonkes, 1 Yon Bekang, 1 Yonzi, 1 Yonkav, 1 Denhub, 1 Denpom, 1 Denpal dan 1 Ki Kav Tai.
Sedangkan Divisi Infanteri-2 terdiri dari 1 Brigif Para Raider, 1 Brigif Mekanis, 1 Brigif Raider, 1 Resimen Armed, 1 Yon Arhanud, 1 Yonkes, 1 Yon Bekang, 1 Yonzi, 1 Yonkav, 1 Denhub, 1 Denpom, 1 Denpal dan 1 Ki Kav Tai.
Pengabdian prajurit Kostrad dari masa ke masa terlibat dalam penugasan luar negeri sebagai pasukan penjaga perdamaian di bawah kendali Dewan Keamanan PBB.
Sedangkan di wilayah NKRI Kostrad terlibat dalam Operasi pemulihan keamanan, Pengamanan Perbatasan, Penanggulangan Bencana Alam, Pengamanan Obyek Vital dan Operasi pembebasan sandera.
Nah, itulah sejarah karier militer Soeharto yang bisa menjawab pertanyaaan, di mana Soeharto saat Proklamasi Kemerdekaan RI dibacakan.(*)
Artikel ini telah tayang di TribunBatam.id dengan judul Saat Soekarno-Hatta Membacakan Teks Proklamasi 17 Agustus 1945, Di Mana Soeharto?,