TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Pandemi Covid-19 membuat perekonomian di semua bidang di Kota Pekalongan mengalami penurunan yang sangat drastis.
Walaupun begitu, Pemerintah Kota Pekalongan tetap optimis untuk bisa kembali menata dan membenahi kondisi ekonomi saat ini, agar masyarakat dan para pelaku UMKM bisa terus survive di masa pandemi Covid-19.
Hal tersebut diungkapkan oleh Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid, saat menjadi narasumber di Tribun Forum melalui zoom meeting dengan moderator Pimred Tribun Jateng Erwin Ardian, Kamis (19/8/2021).
"Di masa pandemi Covid-19 batik ini sangat berpengaruh sekali. Karena, Kota Pekalongan ini dikenal sebagai sentral batik ada saja para perajin batik membuat terobosan, di antaranya pembuatan daster."
"Pembuatan daster di tahun pertama masa pandemi ini sempat bumming dan laku sekali. Bahkan, pembuatan daster yang dilakukan oleh UMKM ada yang mencapai 10.000 daster dan itu barangnya selalu habis," kata Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid.
Aaf panggilan akrabnya Wali Kota Pekalongan mengungkapkan, namun di tahun yang kedua material bahan untuk membuat daster ini mengalami kenaikan yang sangat signifikan.
"Kalau kata warga Kota Pekalongan bilangnya bukan harganya naik tapi ganti harga. Kalau naik itu misalnya harga Rp 1.000, naiknya Rp 1.100. Kalau ganti harga itu dari Rp 1.000 menjadi Rp 2.000. Lah ini yang kita alami masih mengalami kesulitan," ungkapnya.
Tentunya langkah dan upaya Pemkot Pekalongan untuk hal ini sudah dilakukan.
Pihaknya menjelaskan, Pemkot Pekalongan sudah memprogramkan untuk membangun pusat material center batik di antaranya bahan baku batik seperti mori, obat batik, maupun lilin untuk pembuatan batik dengan Kementerian Perdagangan.
"Kita sudah konsep hal itu dengan Kementerian Perdagangan, tujuannya untuk menstabilkan harga bahan dasar batik. Akan tetapi, di kementerian perdagangan ada pergantian menteri sehingga hal itu masih kendala. Tapi langkah-langkah sudah kami lakukan dengan memberikan pelatihan-pelatihan," ucapnya.
Aaf menjelaskan, Pemkot terus mengatur strategi terhadap pemulihan ekonomi, di antaranya menggelar pelatihan dengan Balai Besar Pendidikan dan pelatihan ekspor Indonesia dari Kementerian Perdagangan.
Pelatihan ini diikuti oleh UMKM dari berbagai komoditas yaitu batik, craft,hasil laut, makanan, dan minuman.
"Tujuan pelatihan ini untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman regulasi perdagangan internasional pelaku usaha di Kota Pekalongan yang berpotensi ekspor. Lalu, meningkatkan daya saing produk unggulan Kota Pekalongan dan meningkatkan motivasi pelaku usaha produk unggulan Kota Pekalongan dalam melakukan ekspor secara mandiri," jelasnya.
Tidak hanya itu bantuan-bantuan dari pusat dan Pemda sudah disalurkan dan sangat membantu masyarakat.
"Segala bantuan sudah disalurkan kepada masyarakat. Tapi kalau ditanya signifikan atau tidak, tentu masih jauh harapan, istilahnya tidak mungkin kemarau setahun diguyur hujan sehari."
"Tapi intinya bukan disitu, kami dari pemerintah lebih mengedepankan kemandirian dari masyarakat dan para pelaku usaha terlebih dahulu. Sehingga, diharapkan kedepannya Jiak mengalami kesulitan, mereka sudah bisa bangkit dengan segala adaptasi dan inovasinya," ucapnya
Kemudian pada tahun 2021 ini ekspor di Kota Pekalongan juga sudah mulai merangkak lagi.
Aaf menambahkan, saat ini Kota Pekalongan masuk level 3 dan kapasitas bor di rumah sakit 40 persen. Harapannya, dengan penurunan kasus Covid-19 ekonomi tambah meningkat lagi.
"Beberapa bulan yang lalu, Pasar Grosir Pekalongan sempat tutup selama 3 bulan, saat itu ekonomi turun drastis. Lalu, kapasitas bor di rumah sakit mencapai 98 persen. Alhamdulillah, adanya PPKM darurat ujian bisa dilalui dan sekarang status Kota Pekalongan menjadi level 3, ekonomi mulai tumbuh kembali dan bangkit lagi," tambahnya. (Dro)