Berita Semarang

Obat Penggugur Kandungan Mudah Dibeli di Olshop, Pemahaman Dampaknya Masih Minim

Penulis: iwan Arifianto
Editor: m nur huda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi aborsi.

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Akses memperoleh obat penggugur janin atau kandungan memang mudah diakses di internet.

Obat-obat jenis tersebut juga mudah diperoleh di online shop (olshop).

Hal itu diakui oleh Andrianto yang terjerat kasus pembunuhan bayi.

Ia mengaku, membeli obat penggugur kandungan untuk kekasihnya di olshop.

Karyawan restoran cepat saji itu memperoleh obat setelah berselancar di internet.

Ia membeli obat tersebut seharga Rp500 ribu.

Ia juga tahu dosisnya dari internet.

"Sekali minum 4 butir selama tiga hari berturut-turut.

Dosis terakhir 4 butir diminum selama sehari," paparnya.

Aktivis perempuan dari RRR Collective, Roel mengatakan, perempuan harus berhati-hati menggunakan obat medis tersebut.

Menurut WHO diperbolehkan hanya saja masih minim edukasi terkait dampak selepas mengkonsumsi obat tersebut.

Padahal konsumsi obat seperti itu bisa berdampak bagi perempuan seperti kematian.

"Bisa pula komplikasi lain, terutama bagi perempuan yang memiliki riwayat anemia," jelasnya saat dihubungi Tribunjateng.com, Senin (4/10/2021).

Ia menilai, aborsi medis melalui obat-obatan yang diperoleh melalui pasar online tidak bisa dikendalikan.

Apalagi tiap pasangan memiliki kebebasan untuk membeli.

Sayangnya, penjual tak memberi informasi terkait dampak obat tersebut. 

"Perempuan yang mau aborsi secara medis harus tahu informasinya secara jelas.

Dari penggunaan, dosis, apa yang akan keluar

Muncul komplikasi harus bertindak seperti apa harus tahu," ungkapnya. 

Ia menuturkan, bagi perempuan di menghadapi kehamilan tak direncanakan  (KTD) dapat berkonsultasi dengan berbagai lembaga seperti Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), dan Lembaga Perkumpulan Samsara.

"Tak hanya aborsi tapi soal kespro juga bisa," tuturnya.

Ia mengatakan, layanan konsultasi kehamilan tidak direncanakan (KTD) di lembaganya mencapai sekira 100 sampai 200 perempuan perbulan.

Ratusan perempuan itu melakukan konsultasi terhadap KTD yang dialaminya.

Perlu digarisbawahi juga perempuan yang berkonsultasi tak melulu oleh perempuan berusia remaja atau status belum menikah.

Perempuan yang sudah menikah pun banyak yang berkonsultasi soal itu.

Biasanya perempuan yang sudah memiliki anak lebih dari dua.

"Porsinya cukup seimbang sih antara yang berkonsultasi bagi yang sudah menikah maupun belum menikah," terangnya. (Iwn)

Berita Terkini