Berita Regional

Kisah Guru Honorer Nyambi Jadi Kuli Bangunan Karena Gaji Tidak Cukup Memenuhi Kebutuhan

Editor: rival al manaf
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Saat Sukri Didatangi Menteri Nadiem, curhat Pernah Nyambi Jadi Kuli Bangunan Hingga Buat Bata.

TRIBUNJATENG.COM, LOMBOK - Seorang guru di Desa Mujur, Kabupaten Lombok Tengah menyambi menjadi kuli bangunan karena gajinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Hal itu terungkap setelah  Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudrister) Nadiem Makarim menyempatkan menginap di rumahnya.

Guru honorer bernama Sukardi itu mendapat perhatian Nadiem Makarim.

Baca juga: Sinopsis Mr Right Bioskop Trans TV Pukul 20.00 WIB Pria Tampan Pembunuh Bayaran

Baca juga: Jadwal Samsat Keliling Kota Tegal, Jumat Ini, Buka di Lapangan Sumurpanggang dan 3 Tempat Lainnya 

Baca juga: Sandiaga Uno Sebut Desa Wisata Dieng Kulon Miliki Masa Depan Cerah: Pemandangannya Mirip di Swiss

Nadiem bercerita tentang perjuangan Sukardi yang tetap mengajar selama 25 tahun, meski gajinya kecil.

"Pak Sukardi itu berapa kali punya kerjaan yang empat kali gajinya lebih besar dari gaji honorer, tapi tetap selalu pergi mengajar, karena kenapa, 'hati saya bukan di situ'," kata Nadiem menirukan ucapan Sukardi, Kamis (7/10/2021).

Sukardi pun menceritakan pengalamannya menjamu Nadiem Makarim di rumahnya.

Dia sempat bercerita kepada Nadiem bahwa selama ini dirinya hanya digaji Rp 225.000 per bulan.

"Gaji tidak seberapa, dikasih Rp 225.000 ribu per bulan, itu dikasih setelah empat bulan," kata Sukardi saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (7/10/2021).

Sukardi mengaku, penghasilan tersebut sangat jauh dari kata cukup, mengingat harga kebutuhan yang semakin hari semakin tinggi.

Karena gajinya kecil, Sukardi terpaksa mencari pekerjaan tambahan, seperti membuat bata dan tukang bangunan.

Hal itu dilakukan demi bisa menyambung hidup dan memenuhi kebutuhan keluarga.

"Curhat sama pak menteri (Nadiem) pengalaman selama menjadi honorer, pernah nyambi jadi tukang bangunan, buat batu bata, hingga buat dinding bedek," ungkap Sukardi.

Meski demikian, panggilan jiwa membuat Sukardi bertekad untuk selalu mengajar.

Ia berharap sukses dalam tes pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK).

Dengan demikian statusnya berubah dan mendapatkan gaji yang layak untuk menghidupi anaknya.

Tak hanya Sukardi, Asmawarni Yanti (45) pun mengalami hal yang sama.

Belasan tahun mengabdi, guru honorer di TK Negeri Pembina Pedesaan Jonggat, Lombok Tengah itu hanya menerima honor Rp 100.000 per bulan.

"Sudah 18 tahun mengabdi, honor hanya Rp 100.000 sekarang, terus pulang pergi pakai motor sekitar 20 kilometer lebih," katanya.

Kondisi sulit itu membuat Yanti tak kuasa membendung air matanya ketika bertemu Nadiem ketika Mendikbud mengunjungi sekolahnya, Kamis (7/10/2021).

Yanti bahkan memeluk Nadiem dan memohon agar mendapatkan kesejahteraan.

Baca juga: Airlangga Hartarto Sebut Tiga Syarat Mencapai Status Endemi Covid-19

Baca juga: Link Live Streaming Paraguay vs Argentina dan Venezuela vs Brasil Sedang Berlangsung

Baca juga: 13 Contoh Surat Lamaran Kerja Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris Cepat Dapat Panggilan

Meski untuk mencukupi kebutuhan hidup, Yanti dan suaminya harus bekerja sambilan menjadi petani, namun ia tetap tak meninggalkan pekerjaan mengajar.

Baginya, mendidik generasi adalah hal yang sangat mulia dan telah menjadi niatnya sejak awal.

"Niat saya dari awal ngajar, mendidik, walaupun gaji tak seberapa, saya tidak pernah berpikir untuk berhenti, saya yakin Tuhan pasti membalas usaha kita," kata Yanti optimistis.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengabdian Sukardi dan Yanti, Guru Honorer yang Didatangi Mendikbud Nadiem, Gaji Rp 100.000 tapi Tetap Bertekad Mengajar"

Berita Terkini