TRIBUNJATENG.COM - Anggiat Pasaribu dikabarkan sedang sakit.
Dia ingin segera minta maaf ke nenek lansia yang ternyata ibunda Arteria Dahlan politisi PDIP dan beberapa pihak lain.
Belum diketahui dia sakit apa.
Dalam beberapa kabar disebutkan Anggiat Pasaribu hanya sedang tidak enak badan.
Anggiat Pasaribu hanya bilang dirinya khilaf.
Dia pun mengaku salah karena sudah bikin keributan yang mengaitkan beberapa orang dalam instansi TNI.
Anggiat Pasaribu ingin semua masalah dan pemberitaan yang ramai itu segera selesai.
Dia tak mau banyak bicara soal tekanan-tekanan yang membebaninya akhir-akhir ini.
Anggiat Pasaribu takut salah bicara sehingga menimbulkan masalah baru lagi.
Anggiat Pasaribu juga menyampaikan permohonan maaf ke suaminya, Lettu Bayu dan kakak sepupunya, Brigjen TNI Zamroni.
Permintaan maaf itu disampaikan karena mereka yang disebutkan jadi terbawa-bawa dalam masalah.
Selain permintaan maaf, Anggiat Pasaribu memastikan bakal mencabut laporan di kepolisian.
Setelah pencabutan laporan itu, dia akan menemui keluarga Arteria Dahlan, khususnya sang ibunda yang dibentak-bentak.
Baca juga: Pengamat Militer Sebut Anggiat Pasaribu Terbiasa Menyalahgunakan Fasilitas Jenderal TNI
Pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie meyakini Anggiat Pasaribu sering dan terbiasa menyalahgunakan fasilitas jenderal TNI milik suami.
Hal tersebut yang berpotensi memunculkan sikap superioritas Anggiat Pasaribu saat terlibat ribut dengan ibunda Arteria Dahlan di Bandara Soekarno Hatta, belum lama ini.
Berikut poin penyalahgunaan fasilitas jenderal TNI yang dimaksud.
- Mobil Dinas TNI
Ini terlihat saat Anggiat Pasaribu terekam video dijemput dengan mobil dinas TNI.
Padahal, sesuai aturan, harusnya mobil dinas hanya digunakan oleh personel TNI untuk kebutuhan dinas.
"Setahu saya keluarga TNI itu tidak mudah pakai mobil dinas suami kecuali ada kaitan dengan dinas."
"Jadi jelas dia itu enggak mungkin boleh pakai," katanya.
- Disopiri dan Dikawal Aspri TNI
Selain itu, Connie menegaskan, mobil dinas TNI tidak boleh disopiri oleh warga sipil.
Maka, bisa disimpulkan bahwa mobil yang menjemput perempuan tersebut di bandara dikendarai oleh anggota TNI.
"Berarti dia pakai sopir tentara juga."
"Kalau kita lihat di video bahkan ada asprinya juga."
Jadi pertanyaannya, dia ini kok bisa pakai perangkat dinas (punya suaminya?)" kata Connie.
TNI Perlu Evaluasi
Connie pun menilai, kondisi itulah yang kemudian membuat Anggiat Pasaribu dengan mudahnya membawa-bawa pangkat dan kedudukan suaminya saat berseteru dengan ibu Arteria.
"Saya melihatnya, enggak mungkin juga dia punya habit begini kalau dia enggak berkembang dengan suasana seperti itu."
"Buat dia biasa saja, makanya pede seperti itu," katanya.
Oleh karena itu, Connie menilai, TNI perlu melakukan evaluasi terkait penggunaan mobil dinas dan perangkat kedinasan lainnya.
Meski demikian, Connie meyakini, masih banyak juga keluarga jenderal TNI yang tidak mau menyalahgunakan kekuasaan sang jenderal.
Jangan sampai karena perbuatan satu atau dua oknum, kata Connie, citra TNI menjadi buruk.
"Saya sih enggak melihat itu semua keluarga militer begitu."
"Kita lihat dengan kepala dingin," katanya.
Baca juga: Anggiat Pasaribu Sepupu Jenderal TNI di Mata Sosiolog: dia merasa kedudukan sosialnya lebih tinggi
Keributan antara Anggiat Pasaribu alias Rindu sepupu dari Brigjen TNI Zamroni dengan ibunda Arteria Dahlan politisi PDIP berbuntut panjang.
Permasalahan itu diamati Sosiologi Universitas Indonesia, Paulus Wirutomo.
Paulus Wirutomo lantas menilai orang yang mempunyai kedudukan memang cenderung menunjukkan superioritas saat berkonflik dengan orang lain.
Tabiat itu sering dilakukan untuk menekan lawan agar takut.
"Dia merasa kedudukan sosialnya lebih tinggi buat menakuti orang, buat menekan orang yang lawan dia, siapa pun lawannya, ditekan dengan modal itu."
"Aku anaknya ini, dan lain-lain," kata Paulus.
Penyelesaian
Lalu, bagaimana cara menyelesaikan konflik dalam kasus tersebut?
Paulus Wirutomo menjawab, cara menyelesaikan konflik seperti itu memang cenderung dilakukan oleh orang yang memiliki kedudukan.
"Kalau orang biasa marah-marah juga, bisa saja, tapi tidak ada sesuatu yang bisa ditonjolkan," kata Paulus.
Kebetulan, konflik yang terjadi di Bandara Soekarno-Hatta itu sama-sama melibatkan orang yang punya kedudukan.
"Yang marah menjual modalnya (sebagai istri jenderal)."
"Kebetulan yang diteriaki, anaknya punya jabatan juga."
"Jadi merasa tersinggung, saya modalnya gini, kok ada yang berani," ucap Paulus.
Paulus pun berharap kejadian yang melibatkan ibu Arteria Dahlan dan Anggiat Pasaribu bisa menjadi pembelajaran bagi kedua belah pihak maupun bagi masyarakat.
"Orang mau menonjolkan superioritas dia di depan umum ya itu."
"Harus ingat, di atas langit masih ada langit," ucapnya.
(*)