TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Berawal dari studi pendidikan di bidang arsitektur, Maria Carizza Pandora Raharjo (31) terpanggil untuk turut berkontribusi mengatasi masalah lingkungan, terutama pengelolaan sampah.
Carizza menyadari, setiap kali mengembangkan daerah perkotaan secara tidak langsung yang diperbuat akan membawa dampak perubahan terhadap alam.
Carizza bersama suami mendirikan Yayasan Sosial Rahardja pada tahun 2020. Yayasan tersebut bergerak pada bidang lingkungan.
Hal itu, bagi Carizza, tidak lain sebagai bentuk berkontribusi terhadap lingkungan lantaran telah memanfaatkan untuk kepentingannya.
Baca juga: Bupati Pati Haryanto Peroleh Dwija Praja Nugraha 2021, Penghargaan di Bidang Pendidikan
Baca juga: Prediksi Susunan Pemain Timnas Indonesia Vs Antalyaspor, Dua Pemain PSIS Dimainkan Shin Tae-yong
“Pada studi arsitektur, secara khusus dalam perkembangan belakangan, juga tengah dikembangkan prinsip-prinsip ekologi, seperti pemanfaatan energi terbarukan, bangunan hijau, konservasi energi, dan sebagainya. Satu dari sekian banyak hal yang mendorong kami untuk berbuat pada lingkungan, pada usaha kami pengelolaan air juga kami buatkan sistem pemanfaatan ulang, seperti untuk menyirami tanaman,” kata Carizza kepada Tribun Jateng.
Selain fokus pada bidang lingkungan, kata Carizza, yayasan yang dibentuknya juga bergerak pada masalah-masalah sosial dan pendidikan.
Adapun sejumlah kegiatan setahun terakhir yang sudah berjalan antara lain pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos dan penanaman pohon.
Sampah-sampah itu, lanjutnya, dikumpulkan dari para karyawan di tempat kerjanya pada seluruh unit usaha berada di bawah naungan PT Kekancan Mukti.
Sampah itu, kata dia, dipilah dengan aplikasi khusus, kemudian diolah menjadi pupuk kompos.
Sampah yang disetorkan pun boleh dibawa dari rumah pekerja masing-masing.
Baca juga: Apa Itu Gamon? Singkatan Bahasa Gaul Netizen dari Kata Indonesia-Inggris
Baca juga: Not Angka Lagu Anak Aku Ingin Terbang dan Menari
“Di sini kami juga ingin mengedukasi pekerja, jadi kami buat aplikasi khusus, tujuannya memilah antara sampah organik dan nonorganik. Jadi ketika mereka hendak menyetorkan sampah, ada panduan. Secara tidak langsung, mereka perlahan teredukasi tanpa harus diperintah,” ucapnya.
Carizza mengaku, keterpanggilan untuk terlibat dalam mengurus masalah lingkungan juga dipengaruhi cerita masa lalu.
Dahulu ketika masih duduk di bangku SD sampai SMP, sekira tahun 1996-2002, Carizza pernah mengalami hidup berkesusahan sehingga untuk bertahan hidup terpaksa menjual sejumlah barang rongsokan.
Dia menyatakan, waktu itu kondisi keluarganya sedang tidak baik, yang memaksa kedua orang tuanya berpisah.
Sang ibu saat itu hanya bekerja sebagai seorang penjahit dengan penghasilan tidak menentu dan harus menghidupi tiga orang anak.