Namun menurut Sudarto, rekan-rekannya memaklumi kejadian tersebut karena Sudarti baru pertama kali naik pesawat.
Rekan-rekannya sesama kades juga tak mempermasalahkan gagalnya mereka pulang menggunakan pesawat terbang.
"Terus akhirnya muncul dari teman-teman semua 'enggak Mbah, pokoknya yang penting semua ini selamat, kebersamaan ini enak dan maksudnya pahit getirnya ya sama-sama dirasakan'," kata dia.
Setelah kejadian tersebut, pihak Citilink menyediakan pesawat pengganti, namun turun di Juanda.
Para penumpang kemudian diantar ke Cepu mengggunakan bus.
Namun banyak para calon penumpang yang memiliki transportasi lain untuk pulang ke Blora.
Sebagian menggunakan bus dan sebagian lain menggunakan kereta api.
Seperti yang dilakukan oleh Sudarto. Ia memilih pulang ke Blora mengunakan bus.
"Saya langsung diantarkan sama pihak bandara ke terminal pasar rebo, naik bus harapan jaya turun Ngawi," ujar dia.
Menurutnya, insiden membuka pintu darurat yang menyebabkan seluruh penumpang gagal terbang merupakan pengalaman yang berharga baginya.
"Ya ini bagi saya pengalaman itu ya ada sedihnya, ada harganya. Karena desa kami ini sangat pelosok semoga dengan masuknya di media ya harapannya ada perhatian, bagi saya mudah-mudahan atas bimtek (bimbingan teknis di Jakarta) yang kloter 5 ini membawa berkah, teman-teman bisa merasakan sedih nyamannya mudah-mudahan bisa direspons positif sama pihak atas," terang dia.
Sementara itu Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Bandara Ngloram, Abdul Rozaq mengakui penerbangan Citilink dari Jakarta ke Blora dibatalkan.
"Betul dibatalkan, karena ada sesuatu teknis. Info yang saya terima karena ada penumpang membuka pintu darurat," ujar Abdul Rozaq.
Kompas.com sudah berupaya mengonfirmasi kejadian ini ke Citilink, tapi belum mendapat respons.
(*)