TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sebelum resmi diumumkan sebagai Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar diberi dua syarat.
Hal itu diungkap sekretaris Panitia Lokal Muktamar NU Maulana Mukhlis dalam rapat khusus 9 kiai sepuh yang tergabung dalam tim Ahlul Walii Wal Aqdi (AHWA).
Diketahui dalam rapat tersebut memilih KH Miftachul Akhyar menjadi Rais Aam PBNU periode 2021-2026.
“Jadi ada 9 kiai, 7 di ruang VIP GSG dan 2 melalui Zoom dari Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Rapat khusus bersembilan tanpa diganggu,” ungkap Maulana Mukhlis, Jumat (24/12/2021) dini hari.
Baca juga: Sembilan Nama Kiai Sepuh Masuk Tim AHWA di Muktamar NU, Tugas Mereka Pilih Rais Aam PBNU 2021-2026
Baca juga: Ini Dia KH Miftachul Akhyar yang Terpilih sebagai Rais Aam PBNU 2021-2026
Baca juga: Jadi Rais Aam NU Terpilih, Miftachul Akhyar Diminta Tak Rangkap Jabatan
Maulana Mukhlis menuturkan saat pemilihan sempat terjadi saling lempar dan belum ada suara kesepakatan Rais Aam terpilih.
“Tidak ada yang mau, awalnya Gus Mus tapi tidak bersedia lantaran masih ada yang sepuh (ditetuakan)."
"Kemudian yang sepuh menolak karena masih ada yang muda energik. Rapat AHWA dipimpin Kiai Ma'ruf Amin."
"Tapi pada akhirnya menetapkan KH Miftachul Akhyar,” jelasnya.
Kendati KH Miftachul Akhyar terpilih, Maulana Mukhlis mengungkapkan ada dua kesepakatan antara Rais Aam terpilih dengan AHWA.
“Kesepakatan rapat ada dua. Pertama Rais Aam tidak menjabat organisasi manapun dan itu samikna wa atokna."
"Kedua Rais Aam bakal menyetujui siapapun bakal calon Ketum PBNU terpilih,” tegasnya.
Miftachul Akhyar mengatakan jika Rais Aam memiliki hak veto untuk menentukan bakal calon Ketum PBNU.
“Tapi sesuai dengan kesepakatan siapapun yang terpilih dia akan disetujui Rais Aam,” tandasnya.
Sosok Miftachul Akhyar
Diketahui KH Miftachul Akhyar saat ini menjabat sebagaiKetua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2020-2025.
ia terpilih dalam Munas X MUI yang digelar Kamis (26/11/2020) malam.
KH Miftachul Akhyar menggantikan Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin yang sebelumnya maju di Pipres 2019 sebagai Wakil Presiden berpasangan dengan Joko Widodo.
Miftachul Akhyar lahir dari keluarga pesantren. Ayahnya, KH Abdul Ghoniadalah pengasuh Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq, Rangkah, Surabaya.
KH Miftachul Akhyar pun diketahui dikenal sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2018-2020.
Kiai kelahiran Surabaya, 1 Januari 1953 ini juga dikenal sebagai pengasuh di Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya.
Karier KH Miftachul Akhyar di lingkungan PBNU dijalaninya sejak lama.
Sebelumnya, KH Miftachul Akhyar pernah menjadi Rais Syuriah PCNU Surabaya 2000-2005.
Kemudian naik menjadi Rais Syuriah di Pengurus Wilayah Nahdlatul Ualama (PWNU) Jawa Timur 2007-2013, 2013-2018.
Berikutnya KH Miftachul Akhyar dipercaya menjadi Wakil Rais Aam PBNU 2015-2020 dan didaulat sebagai Pj Rais Aam PBNU 2018-2020.
Sejak muda, KH Miftachul Akhyar gemar menekuni Agama Islam.
Baca juga: Pencurian Sapi di Kulon Progo: Pelaku Ubah Penampilan dan Mengaku Bernama Haji Soleh
Baca juga: Jadwal Leg-2 Semifinal Piala AFF 2020 Timnas Indonesia Vs Singapura dan Vietnam Vs Thailand
Baca juga: Alergi hingga Gangguan Penceranaan, Ini Efek Samping Jahe yang Harus Diketahui
Dia tercatat pernah mondok di Pondok Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur.
Miftachul Akhyar muda juga tercatat pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur.
Dia juga pernah memperdalam ilmu agama di Pondok Pesantren di Lasem, Jawa Tengah.
Miftachul Akhyar juga aktif mengikuti majelis ta’lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al- Maliki di Malang semasa Sayyid Muhammad mengajar di Indonesia. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Terungkap Situasi Rapat Khusus 9 Kiai Sepuh Hingga Pilih KH Miftachul Akhyar Jadi Rais Aam PBNU,