Piala AFF 2021

Timnas Garuda Belum Menyerah Hadapi Leg Kedua Final AFF 2020, Shin Dorong Pemain Tampil Lebih Berani

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Shin Tae-yong

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Kekalahan 0-4 dari Thailand di pertandingan pertama Final Piala AFF 2020, membuat peluang timnas Indonesia menyabet gelar juara hampir mustahil.

Mengejar defisit 4 gol dari Thailand rasanya akan sulit, mengingat skuat berjuluk 'Gajah Perang' itu baru kebobolan sekali sepanjang putaran Piala AFF di Singapura.

Untuk bisa menang comeback, Timnas Indonesia tentu harus mengalahkan Thailand dengan selisih 5 gol di leg kedua.

Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong mengatakan, anak asuhnya belum menyerah, meski peluang juara nyaris tidak ada.

Ia mengaku sudah nyaris tak mungkin menciptakan comeback dan mengalahkan Thailand dengan skor besar di leg kedua.

"Saya menerima kekalahan, dan saya tahu bahwa ini tidak mungkin untuk comeback dan mengalahkan Thailand di leg kedua.

Terutama jika kami bermain seperti tadi (Rabu-Red) malam di leg kedua," ujarnya.

Meski mengakui hal tersebut, Shin menegaskan, Timnas Indonesia tidak akan menyerah, dan akan tetap bertarung untuk laga leg kedua.

Oleh karena itu, pelatih asal Korea Selatan tersebut menegaskan ingin mendorong para pemainnya tampil lebih berani pada leg kedua final.

"Bagaimanapun, bola itu bundar, kami tidak akan menyerah, dan kami akan tetap bertarung. Saya tidak akan terforkus pada kesalahan kami malam ini rabu-Red), namun lebih kepada bagaimana cara kami tetap mendorong para pemain," tegasnya.

Pengamat sepak bola, sekaligus Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali mengatakan, satu hal yang setidaknya harus dilakukan Asnawi Mangkualam dan kolega yakni memperbaiki penampilan di leg kedua melawan Thailand.

"Leg 2 harus dijadikan medium untuk memperbaiki kesalahan. Untuk juara sulit, mengejar defisit gol dari Thailand yang baru kebobolan sekali di Piala AFF tidak akan mudah.

Tapi buat memperbaiki penampilan agar lebih bagus di leg 2 masih bisa. Tetap semangat dan jangan putus asa," katanya, kepada Tribunnews, Kamis (30/12).

Menurut dia, kekalahan Indonesia tidak perlu dipandang berlebihan karena ada banyak pelajaran yang bisa dipetik. Satu di antaranya adalah mengenai pentingnya membangun pondasi kuat sebagai tim sepak bola.

"Kekalahan timnas tak perlu disesali berlebihan, tapi harus diambil banyak pelajaran. Bahwa untuk membentuk tim yang tangguh tidak bisa instan, tapi harus melalui proses yang terstruktur, sistemik, dan benar,"tuturnya.
Lebih maju

Akmal meminta publik Tanah Air tidak menutup mata pada fakta bahwa sepak bola negara-negara seperti Thailand dan Vietnam telah lebih maju dibandingkan dengan Indonesia.

Vietnam dan Thailand telah menata sepak bola nasional mereka dari level pembinaan, hingga menyediakan kompetisi yang bersih.

"Kita harus membuka mata, jangan fanatik buta bahwa negara tetangga sudah semakin maju sepakbolanya. Mereka membangunnya dengan pembinaan yang benar dan kompetisi yang sehat.

Sejatinya, lolos ke final sudah prestasi buat timnas. Maklum, dari awal Indonesia memang bukan unggulan," terangnya.

Akmal menekankan bahwa kekalahan Indonesia dari Thailand di pertandingan pertama Final Piala AFF 2020 bukanlah aib yang harus diratapi. Ia juga meminta agar publik Tanah Air tidak menghujat, apalagi mencemooh hasil yang didapat timnas di leg pertama ini.

"Kekalahan dari Thailand bukan aib yang harus diratapi. Tidak perlu menghujat dan memaki pemain, karena memang secara peringkat saat ini kita satu level di bawah Thailand," tandasnya.

Secara kualitas permainan, Indonesia memang levelnya berada di bawah Thailand. Statistik hasil pertandingan dapat menjadi rujukan untuk menggambarkan betapa 'Gajah Perang' sangat dominan.

Dalam hal penguasaan bola, Thailand unggul 67 persen berbanding 33 persen. Thailand tercatat punya 19 peluang, dengan sembilan di antaranya merupakan tendangan yang mengarah ke gawang.

Sementara Indonesia hanya memiliki empat peluang, dengan satu shot on target.

Thailand juga menghasilkan 536 operan dengan akurasi mencapai 85 persen. Sementara Indonesia hanya menghasilkan 266 operan, dengan akurasi 72 persen.

"Indonesia hanya unggul jumlah pelanggaran, 22 kali pelanggaran berbanding 14. Jujur, harus diakui Indonesia kalah kelas dari Thailand. Mulai dari kematangan bermain, teknik, stamina, sampai mental semua milik Thailand," tukasnya.

Meski berat, Indonesia masih memiliki sedikit peluang untuk membalikkan keadaan.

Pada 1 Januari 2022, Indonesia masih bakal menghadapi Thailand di pertandingan kedua Final Piala AFF. Untuk menang, Asnawi Mangkualam dan kolega harus mencetak lima gol dengan syarat tidak kebobolan. (Tribunnews/SuperBall/Bolanas)

Baca juga: Pertamina Pastikan Pertalite Tetap Tersedia di 2022

Baca juga: Airlangga Permudah Persyaratan Kredit, Pemerintah Naikkan Plafon KUR Percepat Pemulihan Ekonomi 2022

Baca juga: Nia Ramadhani Ingin Iphone yang Jadi Barang Bukti Kasus Narkoba Dikembalikan

Baca juga: 7 Kejadian Viral di Tahun 2021, Hilangnya KRI Nanggala Hingga Balapan di Sirkuit Mandalika

Berita Terkini