Berita Semarang

INSA Semarang Dorong Pemerintah Buat Pelabuhan Internasional

Penulis: Eka Yulianti Fajlin
Editor: moh anhar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DPC INSA Semarang menggelar rapat anggota di Hotel Grasia, Selasa (25/1/2022).

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Dewan Pengurus Cabang (DPC) Indonesia National Shipowner Association (INSA) Semarang mendukung terwujudnya program Indonesia sebagai poros maritim dunia dan suksesnya program tol laut pada era revolusi industri 4.0 untuk menyongsong Indonesia emas pada 2045. 

Ketua DPC INSA Semarang, Ridwan mengatakan, poros maritim dunia harus bisa terwujud karena Indonesia merupakan negara maritim yang dilewati kapal dari Asia-Eropa maupun Asia-Australia.

Indonesia perlu international hub-port atau pelabuhan internasional untuk mewujudkan hal tersebut. 

"Sangat disayangkan kalau hari ini kita belum memiliki international hub-port sebagaimana yang telah dibuat oleh tetangga kita, Singapura dan Malaysia," ujar Ridwan, saat rapat Anggota Cabang DPC INSA Semarang, di Hotel Grasia, Selasa (25/1/2022).

Menurutnya, hingga saat ini Indonesia masih menjadi penonton melihat kesibukan pelabuhan Singapura yang dapat menghandel kontainer lebih dari 35 juta TEUS dan Tg Pelepas Malaysia sekitar 8,5 juta TEUS.

Baca juga: Kasus Meninggalnya Menwa UNS Segera Bergulir ke Pengadilan, Sidang Tunggu Masa Karantina Tersangka

Baca juga: Masih Berkutat Pada Usaha Fotokopi, KSU Perwira Purbalingga Didesak Bisa Ekspansi Usaha

Baca juga: Penyebab Tewasnya Pesta Miras di Cepu, Polisi Tunggu Hasil Autopsi

Dia berharap, pemerintah bisa hadir dengan investasi pelabuhan internasional untuk mewujudkan poros maritim sehingga kapal dari Eropa maupun Australia tidak hanya sekadar lewat namun bisa singgah. 

"Kapal lewat di Selat Malaka ada sekitar 50 kapal sejari. Padahal, kalau bisa mampir kan ada pandu, tunda, sandar, bongkar muat, isi bahan bakar, tapi sayangnya mereka mampirnya di Singapura," ungkapnya. 

Di sisi lain, pihaknya masih menyayangkan adanya kekurangan kontainer.

Indonesia juga tidak punya kapal untuk bersaing ke luar negeri.

Sehingga, kontribusi pengangkutan hanya lima persen.

Selebihnya diangkut oleh kapal-kapal asing.

Menurutnya, INSA sendiri tidak mungkin melakukan investasi kapal mengingat biaya cukup besar setidaknya Rp 2 triliun.

Sehingga, ini perlu peran pemerintah dalam investasi kapal untuk mendukung poros maritim. 

Baca juga: Kasus Meninggalnya Menwa UNS Segera Bergulir ke Pengadilan, Sidang Tunggu Masa Karantina Tersangka

Baca juga: Inilah Sosok Aktor Cilik Matt White Menurut Tetangganya di Tegal: Bocahe Grapyak Nemen


"Kita punya banyak barang yang diangkut di Indonesia. Begitu hendak diangkut, kontainer tidak ada. Setelah ada kontainer, kapalnya masih penuh," paparnya. 

Lebih lanjut, Ridwan menambahkan, tol laut yang mulai berjalan sudah menunjukan adanya keberhasilan dalam menekan ketidakseimbangan harga antara Jawa dengan Indonesia timur.

Sehingga, program ini harus didukung dengan mengerahkan lebih banyak kapal-kapal swasta nasional. (*)

Berita Terkini