TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Sejumlah petak lahan pertanian di Desa Situwangi Kecamatan Rakit, Banjarnegara beda di banding lahan di sekitarnya.
Bukan hamparan padi atau palawija yang memenuhi lahan, melainkan tanaman Bunga Melati.
Bunga Melati berwarna putih banyak bermekaran di kebun warga, Jumat siang (4/2/2022).
Tetapi bukan bunga bewarna putih harum itu yang dipetik petani untuk dijual. Melainkan kuncup bunga yang belum mekar.
Beberapa petani sibuk memetik kuncup bunga Melati.
Mereka dituntut telaten karena kuncup bunga itu diambil dari setiap tanaman.
Sementara ada ribuan tanaman Melati yang tumbuh di lahan itu.
"Yang dipetik kuncupnya. Kalau yang mekar gak dipakai, " katanya, Jumat (4/2/2022)
Sudah puluhan tahun, petani di Desa Situwangi, Rakit, menanam Melati.
Tanaman itu ditanam sekitar umur 6 bulan.
Setelah itu, tanaman akan terus berbunga.
Petani bisa memetik kuncup bunga Melati setiap hari dan menjualnya kepada pengepul.
Dalam 100 ubin lahan, kata dia, petani bisa memanen sekitar 6 kilogram kuncup Melati setiap hari.
Untuk memetik Melati, jika lahan luas, petani biasa memekerjakan sampai empat orang.
Melati yang sudah terkumpul kemudian dijual kepada pengepul di desa.
Dari pengepul, kata dia, panenan petani itu lantas dibawa ke sebuah PT di Pekalongan untuk campuran teh.
"Setiap hari Melati dibawa ke Pekalongan, " katanya
Usaha pertanian Melati nyatanya juga mengalami pasang surut.
Di puncak kejayaannya, rata-rata lahan warga di Situwangi sempat ditanami Melati.
Harga Melati saat itu juga bisa mencapai Rp 50 ribu per kilogram. Namun beberapa tahun terakhir usaha itu kian lesu.
Harga Melati anjlok.
Karena tak lagi menjanjikan, sebagian petani memilih mengganti tanamannya dengan komoditas baru, semisal Jeruk dan Jambu.
Rijal termasuk salah satu petani yang memutuskan beralih ke tanaman lain.
Saat ini, masih ada sejumlah petani yang bertahan menanam Melati di lahan mereka.
"Sekarang laku, tapi murah, " katanya.(*)
TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :