Berita Pendidikan

Subyantoro Sebut PJJ Bisa Jadi Pola Permanen di Dunia Pendidikan, Ini Penjelasan Lengkapnya

Penulis: amanda rizqyana
Editor: deni setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rektor Universitas Ngudi Waluyo, Prof Dr Subyantoro.

Keadaan orangtua yang tidak siap secara moral maupun intelektual menganggap PJJ sebagai beban.

Orangtua menjadi sangat emosional dalam menghadapi PJJ.

"Anak yang seharusnya menghadapi situasi pandemi sehat bugar, tapi karena banyaknya tugas tidak terorganisasi justru tumpang tindih dari satu guru dan guru lain menyebabkan siswa belajar hingga larut malam," tambahnya kepada Tribunjateng.com, Jumat (4/2/2022).

Berbicara tentang pendidikan tak hanya kompetensi maupun keterampilan, melainkan juga afeksi.

Imbas dari PJJ lainnya ialah tiadanya afeksi atau ungkapan emosional berupa rasa kasih sayang maupun welas asih yang berkurang akibat beban akademik yang besar.

Hal tersebut menjadi keprihatinan bersama juga merupakan tanggung jawab bersama.

Tanggung jawab ini pun bisa dibagi dengan pemberian afeksi oleh orangtua, pendidik yang mendampingi pengetahuannya, dan masyarakat yang mendampingi keterampilan peserta didik.

Meski demikian, sejumlah sekolah mampu memberikan pelayanan prima pada peserta didik dengan mengkreasikan model pembelajaran terintegrasi.

Model pembelajaran ini menggabungkan beberapa kompetensi besar dari beberapa mata pelajaran yang seharusnya menjadi tanggung jawab beberapa guru.

Model integratif sejenis sudah difasilitasi oleh pemerintah dalam Kurikulum Darurat.

"Dalam PJJ harus ditekankan bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab persekolahan dan peserta didik, namun pendidikan dikembalikan lagi pada hakikatnya yakni tanggung jawab Tripusat Pendidikan."

"Yakni memberdayakan sinergitas lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat itu sendiri," jelas Subyantoro.

Ia menambahkan, PJJ seharusnya menggembirakan di masa pandemi ini karena peran orang tua, masyarakat, dan dunia pendidikan bersatu padu berikan layanan pendidikan.

Maka tentunya bila ingin kembali ke hakikat pendidikan yang hakiki, orangtua tidak boleh mengeluh memasrahkan seluruhnya pada dunia pendidikan.

Orangtua seharusnya bertanggung jawab penuh pada pendidikan anaknya, justru persekolahan itu merupakan faktor pendukung dalam keberhasilan peserta didik.

Halaman
123

Berita Terkini