"Sejak kecil memang suka berburu burung di hutan, ikan dan ular disungai, memang berani dia," katanya.
"Pintar dia memelihara burung, pernah ada burung yang sayapnya tinggal dua bisa hidup, dia juga pintar menangkap belut, punya trik sendiri," terangnya.
Ia menceritakan meski memiliki tubuh yang kecil dan kurus, Tili berani menangkap seekor ular liar di sawah.
Selain itu, Tili juga gemar berburu burung dihutan kemudian dijualnya.
"Karena kondisi keluarga yang kekurangan, tangkap ular dijual, tangkap burung dijual," katanya.
Bahkan, menurut cerita dari sang ibu, Waginem mengatakan bahwa Tili enggan berangkat ke sekolah dan memilih memancing di sungai.
Terkadang, Tili juga berburu biawak yang termasuk satwa liar tersebut.
Ratno yang juga merupakan tetangga Tili tersebut heran, atas keberanian Tili yang sudah terlihat sejak masih SD.
Kemudian, ketika Tili beranjak remaja atau saat duduk di bangku SMP, ia dan kakaknya memilih ikut merantau dengan beberapa tetangganya ke Sulawesi.
"Bersama kurang lebih 7 warga sini, yang juga tetangganya itu merantau ke Singkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan," terangnya.
Bahkan, di Sulawesi ia bertemu dengan sang istri yang berasal dari Makassar.
Lalu, mereka menikah dan setelah menikah sempat tinggal di Sragen selama beberapa tahun.
Setelah anaknya lahir, sang istri mengajak Tili untuk tinggal di Makassar.
"Kalau awalnya dia disana jualan bakso, kemudian jual batu bata, dan terakhir kalau di Palu saya kurang tahu, karena infonya baru pindah tiga bulan," jelasnya.
Lanjut Ratno, Tili sudah tidak pulang ke rumah lebih dari 10 tahun. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Bangganya Waginem, Tahu Sang Putra Tili Berhadapan dengan Buaya Raksasa & Bebaskan dari Jeratan Ban,