Lebih unik lagi kisah SMA 10 Semarang, Ahmad Fadhol selaku Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) diceritakan mampu menyadarkan seorang murid yang terpapar ideologi ekstrem.
Fadhol mengaku siswa tersebut hampir selama sekolah di SMA 10 tidak mau berjamaah di masjid sekolah karena perbedaan paham keislamannya.
Selain soal kisah keagamaan, pengalaman Kepala Sekolah SMAN 7 Semarang juga sangat inspiratif.
Pasalnya dia berhasil mengubah stigma SMA 7 Semarang yang terkenal dengan tawurannya menjadi sekolah yang giat dengan aktivitas keagamaan.
Selain itu, di SMA 7 pernah terjadi kampanye anti hormat bendera merah putih, tapi bukan dari kalangan Islam, namun dari kalangan Kristen Saksi Yehuva.
Aliran kristen ini sendiri menjadi kelompok minoritas ekstrem di kalangan kristen.
Peneliti dari Wahid Foundation, Alamsyah M Dja'far menjabarkan ada lima pokok penting dalam buku ini, bahwa kita percaya toleransi dan perdamaian adalah prinsip dasar yang dikembanhkan oleh moral, agama, dan kebudayaan.
"Toleransi ada karena perbedaan dan ketidaksukaan, toleransi tidak membuat sama tapi membangun kebersamaan dalam perbedaan," jelas Alam.
Toleransi lahir dari pengetahuan, kesadaran, dan penerimaan terhadap perbedaan. Bukan konsesi.
Penguatan toleransi harus dimulai dari kesadaran dan pengakuan atas masalah, bukan penyangkalan. Terakhir, pendekatan lokal adalah modal penting membangun toleransi.
"Pada dasarnya kita itu berbeda, tapi kita harus bisa bersama," pungkasnya. (*)