Konflik Rusia dan Ukraina

Keluarga Orang Ukraina di Rusia Tak Percaya Ada Perang, Bagaimana Bisa?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pria memindahkan puing-puing dari bangunan tempat tinggal yang hancur di Jalan Koshytsa, pinggiran kota Kiev, Ukraina, Jumat (25/2/2022). Pasukan Rusia mencapai pinggiran Kiev hari itu dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut mereka menargetkan warga sipil.

TRIBUNJATENG.COM - Misha Katsurin (33), seorang pemilik restoran Ukraina, merasa heran.

Ayahnya, seorang penjaga gereja yang tinggal di kota Nizhny Novgorod, Rusia, belum menelepon untuk mencari tahu keadaannya.

Persisnya, empat hari setelah Rusia mulai menjatuhkan peluru artileri ke Kyiv.

Baca juga: Kisah Ritami Menangis Melihat Anaknya Sembunyi di Bunker Terjebak Perang Rusia vs Ukraina

“Ada perang, saya putranya, dan dia tidak menelepon,” kata Katsurin dalam sebuah wawancara, seperti diberitakan yntimes.com.

Katsurin lantas mengontak ayahnya dan memberi tahu bahwa Ukraina diserang oleh Rusia.

Rusia menyerang menara TV di Kyiv, Ukraina. (Ukraina Now/Telegram/ The Kyiv Independent)

“Saya mencoba mengevakuasi anak-anak dan istri saya. Semuanya sangat menakutkan,” kata Katsurin kepada sang ayah.

Namun, ayahnya sama sekali tak percaya dengan yang ia katakan.

“Dia mulai meneriaki saya dan mengatakan kepada saya, 'Lihat, semuanya berjalan seperti ini. Mereka adalah Nazi.’”

Ketika Ukraina menghadapi kehancuran serangan Rusia di tanah air mereka, banyak juga yang menghadapi reaksi yang membingungkan dan hampir tidak nyata dari anggota keluarga di Rusia.

Mereka menolak untuk percaya bahwa tentara Rusia dapat mengebom orang yang tidak bersalah, atau bahkan perang sedang terjadi. 

 
Pada dasarnya, mereka hanya menerima informasi resmi dari Kremlin, bahwa pasukan Rusia sedang melakukan "operasi militer khusus" terbatas dengan misi terhormat "denazifikasi" Ukraina.

Putin menyebut presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, seorang penutur asli bahasa Rusia dengan latar belakang Yahudi, sebagai “Nazi yang kecanduan narkoba”, tentu saja dalam upayanya untuk membenarkan invasi.

Narasi-narasi itu muncul di tengah gelombang disinformasi yang berasal dari negara Rusia.

Kremlin bergerak untuk menekan pelaporan berita independen sambil membentuk pesan yang diterima sebagian besar orang di Rusia.

Diperkirakan 11 juta orang di Rusia memiliki kerabat Ukraina.

Halaman
1234

Berita Terkini