TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Minyak goreng curah di Kabupaten Kudus masih langka. Keberadaannya selalu dinanti-nanti oleh sejumlah warga.
Terutama para pelaku usaha kecil. Tidak heran jika terdapat toko yang menyediakan minyak goreng curah kontan langsung 'diserbu' warga.
Misalnya saja yang terjadi di toko kelontong 'Melati' di Jalan HOS Cokroaminoto, Kecamatan Kota Kudus, Rabu (13/4/2022). Saat itu, minyak goreng curah kiriman dari CV Sidomulyo Semarang baru saja tiba setelah sepekan lalu nihil kiriman minyak curah di toko itu.
Kedatangan minyak goreng curah sebanyak 4.500 kilogram itu langsung diserbu warga. Jumlah mereka mencapai puluhan. Agar antrean tertib, pemilik toko menggunakan nomor urut.
Para pengantre itu membawa jeriken maupun galon. Sebagian dari mereka yang antre merupakan para pelaku usaha kecil yang bertumpu pada minyak goreng.
Tanpanya usahanya tidak bisa jalan. Misalnya para penjual gorengan, produsen kerupuk, maupun lainnya.
Salah seorang pengantre minyak goreng, Sri Lestari, sudah sejak sebulan terkahir dia tidak pernah mendapatkan minyak goreng curah.
Berulang kali dia mencari ke sejumlah tempat yang biasa menjual minyak goreng curah tapi tak pernah dapat.
Semuanya kosong. Baru kali ini dia mendapatkan toko yang menjualnya. Itu pun dia pesimis. Karena dia datang telat. Dia mendapat nomor antrean 50 ke atas.
"Ini belum tentu dapat orang nomornya belakang," kata perempuan berusia 47 tahun.
Sri Lestari sendiri sangat berharap minyak goreng curah mudah didapatkan.
Dia yang sehari-hari jualan gorengan di warung saat minyak goreng curah susah didapat terpaksa dia menggunakan minyak goreng kemasan dengan harga jauh lebih mahal.
Dengan begitu otomatis keuntungannya pun susut.
"Terpaksa pakai minyak kemasan, masak tidak jualan. Gorengannya agak dikurangin. Goreng sedikit," kata dia.
Warga lainnya yang turut antre yakni, Santo (55) asal Mijen, Kecamatan Kaliwungu, Kudus. Dia turut antre minyak goreng curah untuk keperluan usaha kerupuknya.
Selama minyak goreng curah susah di pasaran dia pusing tujuh keliling. Pernah sesekali dia menggoreng kerupuknya pakai minyak goreng kemasan, katanya, yang ada malah bangkrut.
Harga minyak goreng kemasan terlampau mahal baginya.
"Ini nanti kalau dapat dicukup-cukupin. Sehari saya goreng kerupuk habisnya 15 kilogram minyak goreng," katanya.
Sementara pemilik Toko Melati, Nita Hartati (55), mengatakan, kiriman minyak goreng curah sebanyak 4.500 kilogram dari distributor baru datang setelah sepekan yang lalu tidak ada kiriman sama sekali.
Pengirimnya yakni CV Sidomulyo dari Semarang. Dia menjualnya dengan harga Rp 16.500, karena dari distributor harganya sudah Rp 15.500.
Hartati tidak ambil pusing. Dia tidak menerima antrean jeriken kosong. Pokoknya setiap ada minyak goreng curah datang, kemudian ada pembeli, langsung saja dilayani.
"Mereka datang langsung kami layani," kata dia.
Semenjak minyak goreng curah langka di pasaran, tidak tentu kapan tokonya mendapat kiriman dari distributor. Padahal sebelum itu tokonya rutin mendapat kiriman dua kali dalam sepekan. Saat itu minyak goreng curah masih bukan barang langka dan bukan barang mahal. (*)
Baca juga: Gedung Pura Nusapersada Kebakaran Setelah Travo Meledak
Baca juga: Pamit Pergi Sama Kekasih, Mahasiswa Kedokteran di Malang Ditemukan Tewas di Pasuruan
Baca juga: Pedagang Ketupat Sayur di Brebes Histeris Ketemu Pak Jokowi: Seperti Mimpi
Baca juga: Berkah Ramadhan bagi Petani Timun Suri di Pekalongan