TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Dalam rangka memperingati Hari Kartini 21 April mendatang, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Tegal bekerja sama dengan Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Tegal melaksanakan "Seminar peran wanita dalam era digitalisasi sistem pembayaran," berlokasi di Pendopo Amangkurat, Selasa (19/4/2022).
Mengusung tema "Peran wanita dalam keuangan digital," kegiatan ini juga turut dihadiri Bupati Tegal Umi Azizah, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tegal, M. Taufik Amrozy, Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Tegal, Alfiyah, dan para ketua serta pengurus organisasi wanita yang aktif di Kabupaten Tegal.
Dalam sambutannya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tegal, M. Taufik Amrozy, mengungkapkan perempuan berperan besar sebagai penggerak ekonomi keluarga.
Hal ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki andil dalam pemulihan ekonomi nasional.
Sesuai data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM), menunjukkan bahwa mayoritas pelaku dan pemilik UMKM di Indonesia adalah perempuan.
Dengan rincian 52 persen dari 63,9 juta pelaku usaha mikro di Indonesia adalah perempuan.
Kemudian, 56 persen dari 193 ribu usaha kecil pemiliknya adalah perempuan.
Adapun 34 persen dari 44,7 ribu pelaku usaha menengah adalah perempuan.
"Perkembangan ekonomi digital dinilai menjadi salah satu pendorong akselerasi pemulihan ekonomi nasional. Bank Indonesia mencatat kenaikan transaksi ekonomi digital yang sangat signifikan selama masa pandemi ini. Sehingga, ibu-ibu sekalian sebagai penggerak perekonomian, tentu perlu beradaptasi dalam memanfaatkan berbagai sarana ekonomi digital yang ada," ungkap Taufik, pada Tribunjateng.com, Selasa (19/4/2022).
Di kesempatan yang sama, Taufik juga mengenalkan kepada para peserta seminar mengenai BIFAST dan QRIS.
Adapun yang dimaksud BIFAST, yaitu infrastruktur sistem pembayaran ritel nasional yang bisa memfasilitasi pembayaran ritel lebih cepat, aman, efisien, dan fleksibel.
Tujuan utama layanan BIFAST adalah untuk menghadirkan layanan sistem pembayaran yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal.
Sedangkan yang dimaksud QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) adalah teknologi terbaru dari Bank Indonesia yang memudahkan transaksi secara non tunai.
Aplikasi pembayaran dapat langsung diunduh di perangkat pribadi masing-masing.
"Dengan dua alat pembayaran non tunai yang sudah saya sebutkan sebelumnya, ibu-ibu semua bisa bertransaksi kapanpun, dimanapun, dan jam berapapun. Inilah salah satu kemudahan dari era digitalisasi," ujarnya.
Tidak lupa, Taufik menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Kabupaten Tegal yang memiliki semangat tinggi untuk terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Pada awal April lalu, telah diresmikan e-retribusi di lima pasar Kabupaten Tegal, yaitu Pasar Jatilaba, Pasar Mejasem, Pasar Margasari, Pasar Jejeg, dan Pasar Pesayangan.
Sebelumnya pada akhir tahun lalu juga telah diluncurkan SIAP QRIS di lima Pasar Kabupaten Tegal.
Taufik berharap, dengan adanya sosialisasi kali ini, transaksi digital di Kabupaten Tegal dapat meningkat sehingga bisa naik kelas menjadi daerah dengan kategori Digital.
"Kami juga berharap ibu-ibu sekalian dapat terus mewujudkan eksistensi perempuan dalam pemulihan ekonomi melalui ekonomi digital," harap Taufik.
Sementara itu, Bupati Tegal, Umi Azizah, mengatakan bekal pengetahuan yang memadai dalam menggunakan teknologi digital secara tepat, benar, dan aman sangat dibutuhkan.
Tujuannya selain untuk memahami manfaat dan risiko dari setiap penawaran produk dan jasa keuangan, juga bisa terhindar dari hal-hal yang merugikan seperti penipuan berkedok pembiayaan dan investasi dari penyelenggara tekfin ilegal.
Oleh karena itu, masyarakat perlu diedukasi agar bisa menyaring tawaran yang banyak bertebaran.
Karena masyarakat yang paham produk keuangan akan mengecek legalitas penyedia jasa dan produknya terlebih dulu.
"Saya menyambut baik dan menyampaikan apresiasi atas diselenggarakannya edukasi dari BI ini sebagai upaya kolaboratif kita bersama GOW Kabupaten Tegal dalam meningkatkan literasi keuangan digital, terutama pada kaum wanita, ibu atau perempuan yang kita rasakan perannya sangat besar dalam membantu perekonomian rumah tangga. Membantu suami mencari nafkah dari memasarkan produk secara daring, secara online baik lewat marketplace maupun media sosial," terang Umi.
Umi berpesan kepada BI agar bisa menerangkan sejelas-jelasnya kepada ibu-ibu, baik dalam hal pemanfaatan keuangan digital maupun norma dan etika dalam berbelanja, agar tidak terjebak pada konsumerisme.
"Menjelang lebaran, biasanya ibu-ibu ini yang paling depan mencari uang pecahan rupiah untuk dibagi-bagikan. Nah, silakan nanti mungkin ada layanan penukaran uang rupiah yang difasilitasi BI dan Bank Jateng kiranya bisa disampaikan," tuturnya.
Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Tegal, Alfiyah, menambahkan peserta yang mengikuti seminar merupakan ibu-ibu pilihan dari 30 organisasi wanita yang aktif di Kabupaten Tegal.
Alfiyah mengatakan, perlu adanya persiapan dini untuk masuk bidang digital ekonomi.
Tujuannya, sebagai perempuan bisa berperan aktif, mampu meningkatkan kualitas utamanya di era digital.
"Mau tidak mau, perempuan di masa sekarang harus bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang semuanya sudah serba digital. Sehingga kami mohon kepada ibu-ibu semua supaya tidak alergi, tidak sungkan untuk belajar bagaimana posisi digital ekonomi di era saat ini," imbuh Alfiyah. (dta)