TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, memperkirakan pemerintah berisiko mengeluarkan dana sebesar Rp 320 triliun untuk subsidi dan kompensasi energi, menyusul tingginya harga minyak dunia.
“Jadi kalau harga minyak dunia bertahan di level sekarang, pemerintah berisiko mengeluarkan dana Rp 320 triliun untuk subsidi dan kompensasi BBM dan elpiji. Itu belum termasuk listrik, mungkin listrik tidak sebesar itu,” katanya, dalam keterangan tertulis, Kamis (21/4).
Melansir publikasi Kementerian ESDM, rata-rata ICP minyak mentah Indonesia pada Maret 2022, menembus angka 100 dollar AS per barel, yakni tepatnya sebesar 113,50 dollar AS per barel.
Padahal, Arifin menuturkan, dalam asumsi APBN saat ini harga ICP sebesar 63 dollar AS per barel, dengan perhitungan alokasi subsidi dan kompensasi BBM serta elpiji sekitar Rp 130 triliun.
Kini, seiring dengan tingginya harga minyak mentah membuat pemerintah harus menyiapkan kembali dana tambahan. “Jadi butuh tambahan Rp 190 triliun yang harus bisa disiapkan kembali,” jelasnya.
Oleh karena itu, untuk mencegah penyalahgunaan BBM bersubsidi, Arifin menyatakan, Pertamina tengah memodernisasi sistem monitoring Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
“Kami ingatkan juga ada pasal dalam undang-undang yang akan mengenakan sanksi terhadap penyalahgunaan BBM Subsidi, 6 tahun penjara, dan denda Rp 60 miliar,” jelasnya.
Ia juga memastikan pasokan BBM dan elpiji sepanjang tahun ini akan aman. Kestabilan pasokan menjadi prioritas agar kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi, terlebih jelang Hari Raya Idulfitri.
Namun, Arifin kembali mengingatkan bahwa saat ini harga jual BBM dan elpiji bersubsidi jauh dari harga keekonomian yang tengah melambung tinggi.
Untuk itu, masyarakat diimbau menggunakan bahan bakar yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga alokasi subsidi BBM dan elpiji tidak tergerus, dan lebih tepat sasaran.
Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengungkapkan, pihaknya masih terus melakukan pengkajian terkait dengan rencana kenaikan harga BBM Pertalite dan elpiji 3 kg.
Hal itu terutama terkait dengan dampak perang Rusia dan Ukraina yang turut meningkatkan harga komoditas di pasar internasional, dan inflasi di sejumlah negara.
Rencana kenaikan harga komoditas itu mengingat terjadinya lonjakan harga minyak mentah dunia yang akan mempengaruhi anggaran subsidi energi yang diberikan kepada masyarakat.
“Kehati-hatian juga harus diperhitungkan, karena kalau terjadi peningkatan harga komoditas maka subsidi juga akan meningkat. Tentu kami harus mencari balance yang paling pas berapa besar yang harus kami lakukan,” katanya, dalam konferensi pers APBN KITA, Rabu (20/4).
Meski demikian, Suahasil belum bisa memastikan kapan proses pengkajian wacana kenaikan Pertalite dan elpiji 3 kg rampung. (Kontan.co.id/Siti Masitoh)