TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Arus mudik Lebaran 2022 ini diperkirakan akan membeludak baik di jalan tol maupun non-tol.
Titik kemacetan terberat diprediksi berada di Jateng khususnya wilayah Semarang. Pemerintah pun telah melakukan berbagai antisipasi, termasuk penyiapan dan panduan jalur alternatif.
Menhub Budi Karya Sumadi mewanti-wanti masyarakat agar menghindari perjalanan mudik di tanggal 28-30 April 2022 nanti. Karena diprediksi dan berdasar survei, puncak arus mudik akan terjadi pada tanggal tersebut.
"Informasi ini penting untuk disampaikan ke masyarakat, sehingga masyarakat dapat lebih merencanakan perjalanannya dan bisa melakukan mudik lebih awal untuk menghindari kepadatan di hari puncak," ujar Menhub, Selasa (26/4/2022).
Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati meminta masyarakat agar menghindari tanggal puncak arus mudik.
Kemenhub bersama kepolisian dan pengelola jalan tol telah berkoordinasi dan mengidentifikasi titik-titik rawan kemacetan pada saat mudik lebaran.
Adita menjelaskan koordinasi secara intensif dilakukan sebagai upaya pengamanan serta kelancaran.
"Hindarilah tanggal-tanggal padat itu, cari waktu yang mungkin lebih leluasa untuk melakukan perjalanan," ucap Adita.
Menurutnya, hasil identifikasi menunjukkan titik kritis kemacetan mulai dari KM 49 hingga KM 400-an yang ada di wilayah Semarang.
Adita menuturkan kebanyakan pemudik akan berpencar di Semarang, sebagian mengarah ke selatan, dan lainnya bergerak ke arah timur.
"Karena itu di ruas jalan tol Trans Jawa akan dilakukan rekayasa lalu lintas.
Rekayasa berupa ganjil genap dan one way (satu arah) yang nantinya akan dilaksanakan secara bersamaan dan ditambah dengan adanya peraturan truk bermuatan sumbu tiga itu dilarang masuk melalui jalan tol ini,” ucap dia.
Adita menambahkan rekayasa lalu lintas ganjil genap dan one way merupakan hasil kajian Kemenhub berdasarkan perhitungan rasio antara volume kendaraan dibandingkan kapasitas jalan tol.
Pemberlakuan dua rekayasa lalu lintas bersamaan ini lantaran adanya identifikasi potensi penerapan ganjil genap belum cukup membantu kelancaran arus kendaraan di jalan tol.
"Opsi ini diperlukan karena dikhawatirkan masih tetap terjadi kepadatan hingga beberapa ruas tidak bergerak," ungkapnya.