Kepemimpinan Puan Maharani

Puan Berpesan agar Kader PDI-P Tak Pilih Pemimpin Berdasarkan Popularitas

Penulis: IJS
Editor: APS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua DPR RI, Puan Maharani.

TRIBUNJATENG.com – Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Puan Maharani meminta kader selektif dalam memilih pemimpin dan tidak terpengaruh dengan hasil survei.

Menurutnya, memilih pemimpin harus dilihat dari kualitasnya, bukan popularitasnya. Hal ini ia sampaikan di depan ribuan kader PDI-P Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah (Jateng), Rabu (27/4/2022).

Pernyataan Puan itu juga diamini pakar komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing di Jakarta, Kamis (28/4/2022).

Menurut Emrus, survei memakai pendekatan kuantitatif yang hanya bisa menangkap fenomena di permukaan. Hal itu membuat pendekatan itu tidak mendalam dan tidak dapat menjangkau secara kualitatif.

"Pendekatan kuantitatif yang dipakai untuk mencari pemimpin berarti mencari pemimpin yang populer, pemimpin yang pencitraan. Karena dari sudut pandang komunikasi, di situ terjadi manipulasi persepsi publik," terangnya dalam siaran pers, Kamis.

Emrus sependapat dengan Puan. Ia bahkan menegaskan perbincangan di sosial media termasuk dalam manipulasi persepsi publik.

Dia mencontohkan, persepsi publik dapat dibentuk lewat sosok yang diperbincangkan di media sosial seolah-olah tokoh yang baik, berhasil, merakyat, dan populer.

Namun, menurut Emrus, hal itu justru tidak harus dilakukan ketika mencari pemimpin. Sebaliknya, pemimpin yang dicari harus berkualitas.

"Justru yang harus dicari pemimpin kita yang berkualitas. Apa ukuran berkualitas? Yang kita lihat kinerjanya, sederhana untuk melihat. Pemimpin yang berkualitas mensejahterakan rakyatnya di segala bidang," tegasnya.

Menurutnya, kualitas seorang pemimpin daerah bisa dilihat dari bagus atau tidaknya pelayanan publik, tercapainya standar minimal hidup layak, termasuk kepiawaian menangani kemacetan dan pemerataan akses pendidikan. Setelah itu baru kemudian aspek penegakan hukum.

Oleh sebab itu, Emrus menyarankan kepada lembaga survei ataupun peneliti supaya menerapkan pendekatan kualitatif dalam penelitian kepemimpinan.

Pasalnya, banyak pemimpin berkualitas tidak muncul dalam survei yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Pemimpin bangsa masa depan harus dilihat dalam kacamata kualitas.

"Kualitatif ini salah satu dampak negatifnya adalah menggiring opini publik. Seolah-olah hanya itu yang harus dipilih, padahal itu baru pendekatan kuantitatif," tegasnya.

Dalam pandangan Emrus, setidaknya ada beberapa sosok pemimpin berkualitas, seperti Surya Paloh, Nasaruddin Umar, dan Puan Maharani.

Berpikir strategis

Sementara itu, pakar komunikasi dan pemasaran politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Nyarwi Ahmad mengungkapkan, pernyataan Puan tersebut merupakan pesan terbuka untuk semua kader partai, baik yang mendukung Puan atau tidak.

Halaman
12

Berita Terkini