Berita Viral

Detik-detik Sebelum Eril Berangkat ke Swiss Diceritakan ART yang 16 Tahun Bekerja, Gelagatnya Beda

Editor: muslimah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sungai Aare di Bern, Swiss. Di sungai ini Emmeril Khan Mumtadz, putra Ridwan Kamil, yang terseret arus Sungai Aare, Jumat (27/5/2022). Pencarian putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Emmeril Khan Mumtadz dihenatikan sementara pada hari ini, Jumat (26/5/2022).

Jika biasanya ceria, Eril justru diakui Hendar Zaehanan hari itu terlihat murung.

Bahkan saat ditanya Hendar Zaehanan, Eril tak menjawabnya.

"Waktu dia (Eril) mau berangkat, agak aneh, enggak seperti hari-hari biasa. Pas mau berangkat kan dia ke Pakuan dulu, pas turun dari mobil, dia bawa sendiri, jalannya nunduk. Pas saya tanya 'A Eril mau pergi ? Pergi ke mana ?'. Dia (Eril) enggak jawab. Terus (tanya lagi) 'berapa lama perginya ?'. Dia enggak jawab," ungkap Hendar Zaehanan.

Bukan hanya itu, sikap tak biasa Eril berlanjut ketika ia tengah membereskan pakaiannya.

Diakui Hendar Zaehanan, Eril biasanya meminta bantuannya untuk packing pakaian.

Namun sebelum pergi ke Swiss, Eril justru merapihkan sendiri pakaiannya.

"Biasanya dia (Eril) suka minta bantuin (bawa beresin barang). Kemarin enggak. Dia beresin sendiri. Dia bawa koper dari atas ke bawah, koper segitu gedenya, dia bawa sendiri," kata Hendar Zaehanan.

Selain itu, Hendar Zaehanan juga menyebut Eril tampak diam sebelum pergi ke Swiss.

Padahal biasanya Eril ramah dan sering menyapa Hendar Zaehanan selaku pekerjanya.

"Dari pagi sampai sore dia di atas terus, enggak bercakap. Biasanya suka (menyapa) 'Aa Endar', suka manggil, nanya, kemarin enggak," ucap Hendar Zaehanan.

Mengenang sosok Eril, Hendar Zaehanan menahan tangis.

Mengenal Eril sejak usianya 8 tahun, Hendar Zaehanan menyebut putra Ridwan Kamil adalah sosok yang cerdas lagi mandiri.

"Dia orangnya sangat mandiri dari kecil. Kalau habis tidur, dia selalu beresin kamar sendiri, jadi enggak tergantung ke pekerja. Walaupun saya tugasnya membantu, tapi dia beres-beres juga. Dia enggak pernah menganggap yang kerja itu sebagai pekerja. Dia menganggap pekerja itu seperti keluarga," akui Hendar Zaehanan.

Pilu mengingat nasib Eril yang belum diketahui, mata Hendar Zaehanan berkaca-kaca.

"Saya kalau naik ke atas, ke kamar, suka meneteskan air mata, karena teringat, sepi, ingat beliau. Ada berita di tv, suka nangis," imbuh Hendar Zaehanan.

Halaman
1234

Berita Terkini