BPOM Semarang Ajak Masyarakat Pahami Makanan Mengandung Zat Berbahaya

Penulis: faisal affan
Editor: Daniel Ari Purnomo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Sumarno dan Kepala Balai POM di Semarang, Sandra M.P Linthin bersama jajaran berfoto bersama usai melakukan pembukaan di acara FGD Pasar Pangan Aman Berbasis Komunitas di Hotel Santika Semarang, Rabu (13/7/2022).

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Hingga saat ini masyarakat di Jawa Tengah masih dihantui oleh makanan yang mengandung zat berbahaya.

Maka untuk mencegah masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengandung zat berbahaya, Badan POM selenggarakan FGD Pasar Pangan Aman Berbasis Komunitas di Hotel Santika Semarang, Rabu (13/7/2022).

Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Sumarno, yang turut hadir membuka acara tersebut mengatakan, banyaknya makanan berbahaya yang beredar di pasaran, akibat kebiasaan atau budaya pedagang yang sudah melekat dari dulu.

"Contohnya bakso. Kalau tidak dikasih boraks nanti rasa dan teksturnya beda. Kalau tanpa boraks harus banyak dagingnya. Alhasil keuntungan yang didapat tipis. Sama seperti kerupuk karak. Itu kan dibuat dari gendar yang dicampur boraks. Misal tanpa boraks hasilnya ketika digoreng beda," terangnya.

Sumarno melanjutkan, perlu adanya edukasi kepada masyarakat sebagai konsumen supaya paham terhadap makanan mengandung zat berbahaya.

Pasalnya, makanan tersebut tidak memberikan efek negatif terhadap kesehatan secara langsung.

"Baru terasa nanti kalau sudah usia 50 ke atas. Memang tidak langsung terasa efek negatifnya. Untuk para pedagang kadang juga tidak sadar kalau sudah menyakiti pembeli. Jadi kembali ke kesadaran masing-masing," tutur Sumarno.

Edukasi atau sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah bisa juga menggandeng tokoh masyarakat maupun tokoh agama.

Sebab, masyarakat Indonesia tak sedikit yang lebih percaya kepada omongan orang yang dianggap tokoh.

"Menggandeng tokoh bisa juga. Kadang kalau saya yang ngomong malah tidak didengarkan," tutupnya.

Di lain pihak, Kepala Balai POM Semarang, Sandra M.P Linthin, mengatakan di Jawa Tengah terdapat 13,07 persen makanan yang mengandung bahan berbahaya yang dijual di pasar tradisional. Padahal angka secara nasional hanya 4 persen.

"Rata-rata nasional itu 4 persen. Tapi di Jawa Tengah masih 13,07 persen makanan mengandung zat berbahaya. Ini disebabkan salah satunya karena budaya. Produsen kalau ditanya tanpa menggunakan bahan ini rasa dan teksturnya berbeda. Alhasil konsumen tidak mau beli,"  tegasnya.

Hal itulah yang menjadi tantangan Balai Besar POM di Semarang untuk memberdayakan masyarakat, supaya bisa memahami bahaya mengkonsumsi makanan yang mengandung zat berbahaya.

Sandra juga tidak selalu menyalahkan pedagang, jika menjual makanan mengandung zat berbahaya.

"Kadang pedagang itu tidak tahu kalau itu mengandung zat berbahaya. Maka kami sasar ke produsennya. Itulah yang akan jadi urusan sasaran pengawasan kami," tambah Sandra.

Dalam waktu dekat pihaknya akan menyasar 1.000 pedagang mi dan bakso untuk diedukasi, terkait penyalahgunaan bahan berbahaya pada makanan.

"Ini nanti pendampingan dari Dinas Kesehatan setempat. Ada 50 kader yang akan kami rekrut di 26 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Konsumennya juga akan kami edukasi," pungkasnya.(afn)

 

 

Berita Terkini