Pemberian penghargaan ini tidak harus memiliki darah dari Keraton Surakarta seperti gelar yang didapat oleh Tafsir.
“Saya ini tidak punya darah keraton, saya juga masyarakat biasa serta tidak punya darah biru,” katanya.
Pemberian penghargaan tersebut hasil dari pengamatan salah satu seorang yang memiliki hubungan dengan keraton untuk mengamati kiprah Tafsir.
“Jadi selama ini dia mengamati kiprah saya kemudian disampaikan kepada keraton dan ini merupakan rangkaian ritual 10 suro,” ucapnya.
Tafsir menambahkan dengan fiberinya penghargaan dari Keraton Surakarta dapat meningkatkan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat.
“Mudah-mudahan dengan pemberian gelar ini, semoga dapat memicu saya agar lebih meningkatkan lagi dalam memberikan edukasi dan pencerahan kepada masyarakat betapa pentingnya hubungan antara Islam dan budaya khususnya budaya jawa,” katanya. (*)