Hari yang ditentukan pun tiba.
Mereka sudah siap dengan tipu daya yang akan mereka Iakukan terhadap Nabi Ya’kub, ayahanda mereka.
Mereka meminta izin kepada Nabi Ya’kub untuk mengajak Yusuf bermain di hutan.
“Tidak.” jawab Nabi Ya’kub, cemas. “Aku khawatir kalian nanti akan lalai dan Yusuf dimangsa binatang buas.”
Dengan berbagai cara, mereka berusaha meyakinkan Nabi Ya’kub bahwa mereka akan menjaga Yusuf.
“Bagaimana kami akan membiarkan Yusuf dimangsa binatang buas, sementara kami semua bersaudara?” ucap putra tertua.
Ketika akhirnya Yusuf diizinkan ikut bermain bersama mereka di hutan, mereka amat senang. Mereka lalu melanjutkan rencana mereka.
Di suatu sumur tua, mereka melemparkan Yusuf kecil ke dalamnya.
Setelah itu, mereka cepat-cepat pulang seraya menangis tersedu-sedu di hadapan ayahanda mereka.
“Maafkan kami, Ayahanda. Yusuf dimangsa binatang ketika kami semua sedang asyik bermain,” isak mereka.
Tentu saja mereka hanya berpura-pura menangis.
Mereka bahkan menunjukkan baju Yusuf yang koyak dan berlumur darah sebagai bukti.
Padahal itu semua tipu daya mereka. Mereka telah melumuri baju Yusuf itu dengan darah binatang.
Nabi Ya’kub sangat terguncang saat mendengar berita tentang Yusuf.
Nabi Ya’kub pun merasakan kesedihan yang amat mendalam selama bertahun-tahun.