"Apakah polisi memukuli suporter, menganiaya, menembaki pendukung Arema? Sama sekali tidak ada," kata Ade Armando.
Ade Armando juga menyebut penggunaan gas air mata sudah sesuai prosedur mengurai massa.
Menurutnya kepolisian tidak berada di bawah Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA).
Sehingga tidak perlu mempertimbangkan peraturan FIFA soal larangan penggunaan gas air mata.
"Yang mungkin bisa dipermasalahkan adalah penggunaan gas air mata," kata Ade Armando.
"Sebagain pihak menyatakan bahwa FIFA melarang penggunaan gas air mata dalam stadion."
"Pertanyaannya apakah polisi Indonesia berada di bawah FIFA?"
"Ketika polisi menggunakan gas air mata adalah tindakan sesuai protap ketika mereka harus mengendalikan kerusuhan yang mengancam jiwa."
"Memang akibat gas air mata para penonton berlarian panik, sialnya saat mereka hendak keluar stadion ternyata panitia belum sempat membuka pintu keluar."
"Akibatnya terjadi penumpukan penonton saling dorong, saling injak"
"Itulah yang menyebabkan tragedi terjadi."
"Pertanyaan Saya apakah itu tindakan represif dan pelanggaran HAM oleh polisi?"
"Yang jadi pangkal masalah adalah suporter Arema yang sok jagoan melanggar peraturan dalam stadion dengan gaya preman masuk ke lapangan petentengan," kata Ade Armando.
Ade Armando juga menyinggung soal pihak-pihak yang tidak mau memundurkan jam tayang dan menjual tiket lebih dari kapasitas stadion.
Polisi Gunakan Gas Air Mata Padahal Dilarang FIFA