TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kisah inspiratif Bripka Purnomo Budi Setyawan seorang anggota Satuan Binmas Polrestabes Semarang yang terus berupaya melakukan pencegahan radikalisasi dan terorisme kepada masyarakat.
Dirinya menggandeng para mantan narapidana terorisme (napiter) untuk melakukan siar upaya pencegahan radikalisme di masyarakat. Hal ini telah dilakukan sejak akhir tahun 2016 yang lalu.
"Kami mengambil langkah strategis yakni pendekatan mantan narapidana terorisme melalui program Kepolisian prediktif," tuturnya, Selasa (18/10/2022).
Rupanya pendekatan terhadap mantan napiter tidaklah mudah. Rasa ngeri berhadapan dengan mantan napiter terasa saat melakukan sambang pertama kali. Bahkan dirinya sempat mendapatkan penolakan dari mantan napiter.
"Penolakan mantan napiter adanya polisi hadir berseragam, stigma olisi merupakan musuh mereka yang telah menangkap dan memenjarakan mereka dan kebencian-kebencian. Kebencian ini tidak hanya terhadap suatu fungsi tertentu tetapi di gebyah unyah (sama ratakan) di semua fungsi," tutur pria menjabat sebagai Kasubnit Binpolmas Satbinmas Polrestabes semarang
Namun dengan kegigihannya mendekati para mantan napiter membuahkan hasil. Dirinya berhasil meluluhkan hati para menawarkan berbagai macam program diantaranya adalah ekonomi kreatif.
"Alhamdulilah pada tahun 2016 awal 2017 kami menginisiasi bentuk program pendekatan anti radikalime dan anti terorisme sampai sekarang program ini berkelanjutan dengan baik,"tuturnya.
Menurutnya diawal dirinya menggandeng tiga orang mantan napiter yakni Sri Puji, Mahmudi Haryono, Wawan Supriatin. Hingga jumlah mantan eks napiter yang bergabung terus bertambah hingga mencapai 15 orang.
"Di semarang ada yayasan yang dinamakan Putra Persaudaraan anak negeri (persadani) yang diinisiasi oleh mantan narapidana terorisme. Yayasan ini untuk memberikan wadah untuk merangkul dan mengajak mengedukasi atau sebagai bahan refleksi komunikasi dua arah untuk memberikan solusi bahaya radikalisme dan terorisme di kota Semarang," tuturnya.
Pihaknya sebagai pendamping terus mendorong yayasan tersebut hingga akhirnya menjadi ormas di Kota Semarang. Yayasan ini bertujuan agar napiter setelah keluar lembaga pemasyarakatan dapat bergabung untuk diberikan edukasi dan literasi agar tidak ada stigma ketakutan terhadap mantan napiter.
"Yayasan ini memberikan kesejahteraan penampungan kepada napiter agar kembali ke NKRI, dan menggandeng stakeholder dengan wujud memberikan kontribusi serta bantuan," tuturnya.
Bantuan yang diberikan mantan napiter yang bergabung di yayasan Persadani bukan dalam bentuk uang tunai. Mereka diberikan pelatihan ekonomi kreatif dan kewirausahan dengan mmelibatkan para stakeholder.
"Kami menggandeng Baznas memberikan pelatihan budidaya lele, laundry, dinas tenaga kerja keterampilan boga, dinas perikanan budidaya ikan," imbuhnya.
Tidak hanya itu, Bripka Purnomo melalui yayasan ini juga mengajak mantan napiter untuk menggelar program safari goes to ponpes. Menariknya pada program itu tidak hanya Polisi yang memberikan penyuluhan kepada para santri tetapi para mantan napiter inilah mengedukasi para santri dengan menceritakan pengalamannya selama terjerumus radikalisme.
"Mengajak pelaku terorisme untuk bercerita apa yang sudah dilakukan kenapa sadar, bagaimana menyampaiakan kesadaran ini kepada santri. Hal ini bertujuan agar mereka tidak mengikuti para napiter lakukan saat itu," ujarnya.