TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kasi Tuna Sosial dan Perdagangan Orang (TSPO) Dinas Sosial Semarang, Bambang Sumedi akui saat ini patroli pengamanan PGOT di Kota Semarang sedikit kendor
Hal itu lantaran tempat reunifikasi para PGOT (Pengemis, Gelandangan dan Orang Terlantar) yang ketangkap mengalami overload atau kelebihan kapasitas.
Tempat tersebut bernama, panti rehabiliasi Among Jiwo Semarang. Kata Bambang saat ini Among Jiwo baru mengalami overload.
"Gini, semantara ini, kami juga masih mau melakukan patroli PGOT, Itu malah sebenarnya rencana kami gabung dengan Satpol PP sama Trantib Kecamatan," ujarnya kepada Tribunjateng.com, Senin (6/2/2023).
"Tapi permasalahanya saat ini kan di AJ (Among Jiwo) itu baru overload, jadi disitu ODGJ (Orang Dalam Ganguan Jiwa) atau orang terlantar itu masih sangat banyak sekali," lanjutnya.
"Pada saat nanti kami operasi gabungan itu seandainya ketangkap itu, saat ini masih binggung mau taruh dimana untuk transitnya," imbuhnya
"Karena operasi PGOT itu, bisa juga langsung dipulangkan ke asal ( tempat asal PGOT-nya) atau di reunifikasi. Nah ini yang agak jadi kendala reunifikasinya," jelasnya.
Oleh sebab itu, Ia mengaku binggung bila mana saat melakukan patroli ada ODGJ yang diamankan akan dibawa ke mana. Pasalnya lanjut dia, hampir seluruh panti sosial milik provinsi jawa tengah juga mengalami overload.
"Manakala PGOT itu tidak betul-betul punya alamat, jadi (kami) kan masih agak binggung mau taruh di mana. Karena AJ (Among Jiwo) itu overload sehingga kami itu sedikit berfikir harus dikemanakan," bebernya.
"Karena saat ini, hampir semua panti-panti itu milik provinsi, sama kami beberapa kali menelfon ke panti-panti itu, kami juga komunikasi dengan pemalang itu juga pernuh, overload gitu loh," sambungnya.
Kemudian Bambang mengungkapkan bahwa ia merasa risih karena patroli PGOT saat ini sedikit kendor.
"Sebenarnya kami sedikit risih juga dengan adanya ini, kalau saya sedikit kendor nanti, dia (PGOT) juga semakin gencar untuk datang lagi ke Kota Semarang ini," katanya.
Adanya perihal itu, Bambang mengaku kebingungan dan akan menjadiakan hal itu sebagai PR untuk kedepanya.
"Mungkin untuk sementara ini agak kendor sedikit tapi untuk lain waktu pasti kami akan gencarkan lagi," ucapnya.
"Seperti komitmen awal gerakan Kota Semarang itu bebas anjal dan gepeng Walaupun sekarang itu belum bisa mencapai yang diharapkan oleh Pemerintah Kota Semarang khususnya masyarakat luas, tetapi kami juga tidak surut mengencarkan itu," lanjutnya.
Ia menambahkan, bila masyarakat menemukan ODGJ yang meresahkan bisa melapor ke 112.
"Nanti Dinsos atau Satpol PP itu datang ke lokasi," tutupnya. (*)