Oleh: Arini Riastri, S.Pd., SDN 01 Tanjungsari Kabupaten Pemalang
Beberapa mata pelajaran di sekolah dasar (SD) mengandung tujuan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar termasuk Ilmu Pendidikan Alam (IPA). Mata pelajaran yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Materi dalam pembelajaran IPA mencangkup semua yang terkait dengan objek alam serta dan lingkungannya. Makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi, alam dan sifatnya menjadi fokus pembelajarannya. Proses pembelajaran IPA menjadi kegiatan untuk mencapai sebuah hasil yang maksimal. Proses pembelajaran IPA di sekolah dipengaruhi pemahaman siswa dan model pembelajaran yang digunakan. Tujuan dan proses pembelajaran IPA berujung pada hasil belajar yang diharapkan. Oemar Hamalik (2007:30) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Akan tetapi, hasil belajar IPA di SDN 01 Tanjungsari Kabupaten Pemalang kelas empat tentang Wilayahku dan Sumber Daya Alamnya belum dapat memenuhi standar KKM yang diharapkan. Hal ini memotivasi guru untuk memberikan pembelajaran secara lebih optimal. Guru membuat analisa bahwa permasalahan kemungkinan dikarenakan pembelajaran hanya berpusat pada guru, sehingga menimbulkan kejenuhan bagi siswa, Pembelajaran hanya bersifat informatif dan transfer pengetahuan. Penjelasan guru terlalu abstrak, sehingga siswa sulit memahami apa yang dijelaskan. Rendahnya hasil belajar siswa tidak hanya terpaku dari siswa, tetapi juga berasal dari model pembelajaran yang digunakan guru. Guru perlu mencari solusi dalam mengatasi hal tersebut termasuk dengan model pembelajaran kolaboratif Two Stay Two Stray. Model pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two merupakan model pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi, metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik. Two Stay Two Stray diharapkan dapat mendorong anggota kelompok untuk memperoleh konsep secara mendalam melalui pemberian peran pada siswa. Keunggulan Two Stay Two Stray menurut diantaranya dapat menambah kerjasama dan rasa percaya diri.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray yaitu guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Guru memberikan tugas pada setiap kelompoknya, setiap kelompok membawa gambar atau foto berupa sumber daya alam didaerah masing-masing. Kemudian, masing-masing anggota mengamati secara sendiri–sendiri terlebih dahulu gambar atau foto yang dihasilkan. Selanjutnya setiap kelompok membentuk anggotannya secara berpasangan, setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya, kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Kegiatan berpikir secara berpasangan ternyata dapat memberikan dampak yang sangat bagus bagi pembelajaran. Siswa terdesain untuk berbagi dalam model pembelajaran Two Stay Two Stray serta memberikan banyak keuntungan. Siswa secara individual dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing. Dengan menerapkan model pembelajarn Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas empat SDN 01 Tanjungsari Kabupaten Pemalang. Siswa menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif tentang apa yang telah mereka pelajari serta suasana pembelajaran akan semakin menyenangkan, sehingga siswa juga terlibat dalam proses pembelajaran secara aktif khususnya materi perkembangbiakan secara generatif dengan melihat keadaan dan lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran. Guru merasakan proses pembelajaran yang lebih aktif dibandingkan sebelumnya. Hasil belajar siswa juga terdeteksi meningkat secara signifikan.