TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kenaikan harga beras masih menjadi komoditas penyumbang utama inflasi di Jawa Tengah bulan Februari 2023. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah menyebutkan, kenaikan harga beras ini telah menjadi penyebab utama inflasi Jateng tiga bulan berturut-turut sejak Desember 2022 lalu.
Tercatat pada Desember 2022, beras menjadi komoditas utama penyumbang inflasi Jateng yang sebesar 0,47 persen dengan andil sebesar 0,1331 persen.
Kemudian pada Januari 2023, beras menjadi penyumbang utama Inflasi Jateng yang sebesar 0,32 persen dengan andil sebesar 0,0962 persen.
Adapun pada Februari 2023 ini, beras menjadi penyumbang utama inflasi Jateng yang sebesar 0,29 persen dengan andil sebesar 0,0899 persen.
"Kalau kita lihat inflasi bulan Februari 2023 yang sebesar 0,29 persen, sebagian besar disumbang oleh kelompok makanan minuman dan tembakau sebesar 0,19 persen.
Memang tertinggi (pada Februari) ini kelompok makanan minuman tembakau sebesar 0,73 persen, artinya mengalami kenaikan dari bulan Januari," kata Statistisi Ahli Madya BPS Jateng Arjuliwondo saat rilis data BPS Jateng secara virtual, Rabu (1/3/2023).
"Penyebab utamanya (Inflasi Februari) adalah kenaikan harga beras dengan andil 0,0899 persen; rokok kretek filter 0,0554 persen; bawang merah 0,0433 persen; bawang putih 0,0219 persen; dan tarif air minum PAM sebesar 0,0160 persen," sambungnya.
Dijelaskan Arjuliwondo lebih lanjut, Inflasi tercatat tersebut merupakan gabungan dari enam kota di Jawa Tengah.
Adapun gabungan dari enam kota itu mencatatkan Indeks Harga Konsumen (IHK) 114,03.
Tercatat dari enam kota IHK di Jawa Tengah, semua kota mengalami inflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tegal sebesar 0,62 persen dengan IHK sebesar 115,91 diikuti oleh Kota Surakarta sebesar 0,48 persen dengan IHK sebesar 115,77; Kota Kudus sebesar 0,35 persen dengan IHK sebesar 113,82.
Kemudian disusul Kota Purwokerto sebesar 0,31 persen dengan IHK sebesar 114,88; Kota Cilacap sebesar 0,27 persen dengan IHK sebesar 114,26; dan inflasi terendah terjadi di Kota Semarang sebesar 0,21 persen dengan IHK sebesar 113,43.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya semua indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,73 persen; kelompok transportasi sebesar 0,28 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,17 persen.
Kemudian kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,14 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dan kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga masing-masing sebesar 0,13 persen.
Disusul lagi kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,11 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,06 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,05 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,04 persen; danĀ
kelompok pendidikan sebesar 0,01 persen.