Oleh: Dewi Indriyani, S.Pd., Guru SMP Negeri 4 Satu Atap Ngaringan, Kab. Grobogan
Indonesia adalah negara yang kaya akan bahasa, salah satunya adalah bahasa Jawa. Bahasa Jawa adalah bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat Jawa untuk berkomunikasi setiap harinya. Kurniati (2008:1) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang utama. Berkaitan dengan hal tersebut diharapkan para peserta didik dapat mewujudkan masyarakat yang berbudaya dan sebagai bahan masukan untuk pembangunan karakter dan ketahanan budaya khususnya bagi masyarakat Jawa. Untuk mewujudkan peserta didik yang mampu melestarikan bahasa Jawa, dalam pembelajaran terdapat metode pembelajaran menarik yang dinamakan Paired Story Telling.
Paired Story Telling merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran ini dapat diterapkan untuk pembelajaran secara tatap muka di kelas maupun secara daring. Lie Anita (2010) dalam bukunya Cooperative Learning mengemukakan bahwa Paired Story Telling adalah teknik belajar dengan bercerita kepada teman pasangannya. Teknik ini dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, guru, dan materi pelajaran. Bahan pelajaran yang paling cocok dengan teknik ini adalah yang bersifat naratif dan deskriptif. Dalam kegiatan ini siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi.
Langkah-langkah dalam pembelajaran dengan metode Paired Story Telling adalah sebagai berikut. Pertama, guru membagi topik pelajaran menjadi dua bagian. Kedua, guru memberi brainstorming mengenai topik yang akan dibahas. Ketiga, siswa dipasangkan dengan siswa lain. Keempat, bagian 1 diberikan kepada siswa pertama dan bagian 2 diberikan kepada siswa kedua. Kelima, siswa diminta membaca bagian masing-masing dan mencatat beberapa kata kunci yang ada pada bagian masing-masing. Keenam, siswa saling bertukar informasi dengan pasangan masing-masing. Ketujuh, masing-masing siswa menuliskan apa yang telah diperoleh sendiri maupun berdasarkan informasi dari pasangannya. Kedelapan, siswa diberi kesempatan untuk bercerita atau membacakan hasil tulisannya. Kesembilan, kegiatan diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan yang dipelajari.
Penerapan metode Paired Story Telling dalam pembelajaran Bahasa Jawa di kelas VIII antara lain terkait dengan kompetensi dasar menceritakan kembali isi cerita legenda daerah setempat yang dibaca/didengar. Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran kompetensi dasar ini adalah tiga kali pertemuan. Cerita legenda yang diambil misalnya tentang “Roro Jonggrang dan candi sewu” atau cerita legenda yang lain.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa belajar di dalam kelas secara berpasang-pasangan. Siswa pertama diminta untuk mendengarkan rekaman cerita fabel bagian 1 dan siswa kedua diminta untuk mendengarkan rekaman cerita bagian 2. Selama mendengarkan rekaman cerita, siswa mencatat kata-kata kunci tentang isi cerita. Setelah selesai mendengarkan rekaman cerita, siswa saling menukar daftar kata kunci dengan pasangannya. Selanjutnya masing-masing siswa diminta untuk menuliskan kembali cerita tersebut dengan kata-kata sendiri dalam bahasa Jawa. Setelah penulisan cerita selesai, siswa membacakan hasil karyanya secara bergantian. Pada saat teman pasangannya membacakaan cerita, siswa yang lain dimintai bantuan untuk merekam pembacaan cerita. Hasil tulisan siswa dikumpulkan kepada guru untuk diapresiasi. Guru memilih salah satu hasil tulisan siswa dan dipaparkan di depan kelas. Siswa diminta memberikan apresiasi terhadap tulisan cerita temannya. Diskusi kelas diakhiri dengan menyimpulkan hasil belajar tentang menceritakan kembali isi cerita legenda.
Penerapan metode Paired Story Telling ini dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Semua siswa memiliki banyak kesempatan untuk memberikan masukan dan mendapatkan masukan. Dengan demikian, dapat tercipta kerja sama yang baik di antara para siswa dan kelaspun menjadi hidup.