Guru Berkarya

Penggunaan Metode Talking Stick dalam Merdeka Belajar

Editor: Editor Bisnis
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mohamad Zaenal, S.Pd.SD., Guru SD Negeri 3 Bendoharjo, Kec. Gabus, Kab. Grobogan

Oleh: Mohamad Zaenal, S.Pd.SD., Guru SD Negeri 3 Bendoharjo, Kec. Gabus, Kab. Grobogan

Konsep merdeka belajar menurut Ki Hajar Dewantara bahwa mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental, jasmani dan rohani. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah mencanangkan reformasi sistem pendidikan Indonesia melalui kebijakan Merdeka Belajar. Tujuannya adalah untuk menggali potensi terbesar para guru dan murid serta meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri. Kebijakan Merdeka Belajar merupakan langkah untuk mentransformasi pendidikan demi terwujudnya sumber daya manusia unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar Pancasila.

SD Negeri 3 Bendoharjo melalui jalur mandiri telah melakukan implementasi kurikulum merdeka dengan pilihan Kurikulum Merdeka Mandiri Belajar. Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka jalur Mandiri Belajar ini, guru menerapkan komponen atau prinsip kurikulum merdeka dengan tetap menggunakan kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan, yaitu Kurikulum 2013. Implementasi dari program merdeka belajar memberikan keleluasaan kepada guru untuk membuat rencana tindakan pembelajaran dalam meningkatkan inovasi serta menjalankan rencana pembelajaran. Tidak menuntut harus tercapainya kompetensi dasar yang sudah dirancang dalam silabus dan dijabarkan dalam RPP.

Dalam rangka meningkatkan inovasi dan rencana pembelajaran, guru menerapkan pembelajaran dengan metode yang bervariasi. Salah satu metode yang dipilih dan diterapkan di kelas V SD Negeri 3 Bendoharjo adalah metode kooperatif tipe Talking Stick.

Metode Talking Stick merupakan metode berbasis permainan yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan atau tugas. Pada implementasinya tongkat akan berputar dengan iringan instrumentalia atau lagu yang dinyanyikan siswa secara bersama-sama. Siswa yang mendapatkan tongkat saat lagu berhenti harus menjawab pertanyaan. Aktivitas ini dilakukan setelah materi utama disampaikan.

Disampaikan oleh Suprijono (2012: 19) bahwa metode Talking Stick mendorong siswa untuk berani mengungkapkan pendapat. Pembelajaran dengan metode Talking Stick diawali dengan pembentukan kelompok, penjelasan materi pokok, dan penyiapan tongkat. Siswa diberikan kesempatan dan waktu yang cukup untuk membaca materi pelajaran. Selanjutnya siswa berdiskusi untuk membahas masalah-masalah yang terdapat dalam wacana. Setelah itu guru meminta siswa menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang telah disiapkan sebelumnya dan memberikan kepada salah satu siswa. Siswa yang menerima tongkat diwajibkan menjawab pertanyaan, demikian seterusnya. Untuk mencairkan suasana, ketika stick bergulir dari siswa ke siswa lain, sebaiknya diiringi dengan musik. Langkah terakhir adalah memberikan kesempatan kepada siswa melakukan refleksi. Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban siswa, lalu membuat simpulan.

Penerapannya di kelas V SD Negeri 3 Bendoharjo yaitu untuk pembelajaran IPS materi peristiwa menjelang dan sesudah pembacaan teks proklamasi. Materi tersebut terdapat dalam buku tema 7 subtema 2 pembelajaran kedua. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan prosedur metode Talking Stick. Untuk mengiringi bergulirnya stik dan menambah semangat belajar siswa digunakan instrumentalia lagu nasional, yaitu lagu Hari Merdeka, Dari Sabang Sampai Merauke, dan Halo-halo Bandung.

Metode Talking Stick tepat digunakan dalam pengembangan proses pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Unsur permainan dengan stik dalam pembelajaran menjadikan suasana belajar lebih merdeka. Iringan musik membuat siswa lebih rileks dan bahagia. Metode Talking Stick selain dapat meningkatkan hasil belajar, juga menumbuhkan jiwa patriotisme para siswa. Merdeka belajar telah mengantarkan siswa maupun guru menjadi insan yang merdeka sehingga dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya.

Berita Terkini