Setelah Kim Jong Il menderita stroke pada 2008, anggota elite politik Korea Utara mulai meresmikan posisi Kim Jong Un sebagai pewaris.
Saat profil Kim Jong Un meningkat, begitu juga dengan saudara perempuannya.
Kim Jong Il dan saudara iparnya Jang Song Thaek, yang memastikan Kim Yo Jong akan memiliki peran dalam suksesi.
Wanita ini pun mulai menemani ayahnya di acara resmi.
Media pemerintah Korea Utara awalnya tidak menyorot kehadiran Kim Yo Jong dalam masa ini.
Tetapi, pada saat pemakaman Kim Jong Il pada Desember 2011, dia secara rutin tampil di depan umum bersama Kim Jong Un, sebagai anggota senior keluarga Kim dan pejabat tinggi KWP.
Setelah kematian ayah mereka, Kim Yo Jong menjabat sebagai salah satu sekutu setia Kim Jong Un selama masa transisi.
Dia bertanggung jawab mengatur jadwal saudara laki-lakinya, dan keduanya tetap dekat sementara Kim Jong Un dengan menyingkirkan segala hambatan potensial untuk pemerintahannya.
Pada 2014 media pemerintah Korea Utara mengidentifikasi Kim Yo-Jong sebagai wakil direktur Departemen Propaganda dan Agitasi KWP.
Dalam waktu satu tahun, posisinya naik menjadi kepala de facto badan tersebut.
Posisi yang sama ditempati ayahnya ketika di bawah pemerintahan kakeknya, Kim Il Sung.
Hal ini termasuk tidak biasa bagi seorang wanita, bahkan seorang anggota keluarga Kim, untuk mencapai posisi setinggi itu dalam birokrasi Korea Utara.
Kim Yo Jong juga terlibat dalam pembentukan kultus kepribadian Kim Jong Un.
Kakaknya dicitrakan seperti kakek mereka, “pemimpin besar” dan “presiden abadi” Korea Utara.
Tujuannya untuk memperkuat posisi saudara laki-lakinya di dinasti Kim.