Ibu Li li ternganga. “Eh, tunggu! Jangan asal makan, bagaimana kalau makanan itu tidak cocok untukmu? Nanti kamu bisa sakit,” ujar Ibu cemas.
Lill bersikukuh. “Tidak apa-apa, Bu. Lihat para raksasa itu, mereka kuat dan sehat.” Lili pun mulai memasak.
Sekarang, kue ungu itu sudah matang.
Lill senang sekali.
Saat dia hendak memasukkan kue ke mulutnya, Ibu mencegahnya lagi.
“Lili, sudahlah. Mengapa, sih, kamu ingin jadi raksasa? Ibu takut terjadi apa-apa padamu,”
Namun, Lili acuh. Dia mulai menyantap kue-kuenya.
Dalam sekejap, Lili merasa tubuhnya begitu bugar.
“Badanku terasa segar. Hmm, tapi aku, kok, belum besar juga ya?”
Usai berkata demikian, tiba-tiba terjadi keanehan, tubuh Lili pelan-pelan mulai membesar.
Dia jadi besar … besar … dan besar! Kepalanya menyundul langit- langit rumah dan semua pun jadi berantakan.
Ibu Lili berteriak cemas, tapi Lili malah tertawa senang.
Dia berjalan berkeliling desa.
Bum … bum … suara Iangkah kaki Lili berdebum.
Semua yang dilewatinya jadi rusak.