"Kebersihan, listrik, hingga keamanan ditanggung pihak ketiga."
"Waktu masih pihak ketiga kami membayar sewa setiap bulan Rp 2 juta hingga Rp 3 juta per lapak," ujarnya.
Dia ingin adanya swadaya itu dapat menampilkan nuansa SCJ Semarang yang berbeda dengan pasar lainnya.
Iuran swadaya yang telah terkumpul rencanannya diperuntukan untuk perbaikan dan perawatan gedung.
"Setelah peralihan, kami berterima kasih kepada Disdag Kota Semarang."
"Sebab kami belum ditarik apapun," tuturnya.
Baca juga: Asal Usul Ditemukannya Petirtaan Kuno di Derekan Kabupaten Semarang, Kini Jadi Pemandian Air Panas
Baca juga: Akhir Pekan, SMAN 1 Semarang Buka Posko Informasi PPDB SMA/SMK Negeri Jawa Tengah 2023/2024
Terpisah, Plt Kepala Disdag Kota Semarang, Fajar Purwoto mengatakan, Pemkot Semarang tidak ada anggaran rehabilitasi SCJ pasca peralihan.
Pihaknya menyarankan ketua paguyuban melakukan swadaya.
"Kami cuma menyarankan kalau mau diperbaiki silakan swadaya, nanti dikelola ketua paguyuban," ujarnya kepada Tribunjateng.com, Minggu (18/6/2023).
Menurutnya, rehabilitasi gedung harus dianggarkan terlebih dahulu dan hanya bisa dilakukan saat anggaran perubahan.
Namun demikian, pihaknya berterima kasih kepada pihak ketiga yang telah menghibahkan kios dan alat-alat listrik.
"Kalau listrik dicabut nanti pasarnya mati tidak ada aliran listrik."
"Sementara kalau mengajukan lagi lama," tuturnya.
Dia menuturkan, swadaya itu tidak ada paksaan.
Iuran pedagang diserahkan ketua paguyuban untuk pembenahan pasar.