Izrail pun menjawab, “Sesungguhnya, aku hanya ingin mengujimu saja.”
Mereka pun akhirnya melanjutkan perjalanan.
Selama empat hari melakukan perjalanan bersama, Nabi Idris menemukan banyak keanehan dalam diri tamunya tersebut.
Lalu, ia menanyakan siapa sebenarnya tamunya itu.
“Bolehkah saya tahu, siapakah Anda sebenarnya?” tanya Nabi Idris dengan rasa penasaran yang tinggi.
“Aku adalah lzrail,” jawab Izrail dengan mantap.
Nabi Idris pun kaget dan kembali bertanya, “Apakah engkau akan mencabut nyawaku?”
“Tidak, aku hanya ingin menemuimu karena aku kagum dengan kesalehanmu,” jelas Izrail dengan singkat.
“Bukankah selama empat hari ini engkau bersamaku?
Lalu, bagaimana engkau menjalankan tugasmu untuk mencabut nyawa manusia yang sudah tiba waktunya?” kembali Nabi Idris penasaran untuk bertanya.
“Sesungguhnya, Allah telah melimpahkan kekuasaan kepadaku untuk mengumpulkan jiwa-jiwa manusia seperti halnya dalam sebuah tempayan.
Lalu, jika sudah tiba waktunya, aku cabut jiwa-jiwa itu dengan sangat mudah.
Meskipun selama ini aku bersamamu, aku tetap menjalankan tugasku, tanpa sepengetahuanmu,” jelas Izrail dengan tenang.
Nabi Idris pun kemudian mencoba menggunakan waktunya untuk bisa menikmati semua yang ada.
Beberapa waktu kemudian, lzrail mengingatkan Nabi Idris bahwa waktu yang dimilikinya telah habis.