TRIBUNJATENG.COM, SUKAJAYA - Usman Sugalih (41), salah satu penambang yang selamat menceritakan pengalamannya.
Ia merupakan salah satu penambang emas atau gurandil asal Desa Kiarasari, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor.
Delapan rekannya terkubur saat menambang di Desa Pancurendang, Banyumas.
Pencarian dan penyelamatan delapan penambang tersebut gagal.
Setelah tujuh hari pencarian dilakukan oleh tim SAR gabungan, keberadaan para korban tak juga ditemukan.
Hal itu disebabkan oleh volume air di dalam lubang yang tak kunjung surut meskipun sudah dilakukan penyedotan selama 24 jam.
Baca juga: BREAKING NEWS: Kecelakaan Maut Pemotor Tabrak Pohon di Karanganyar, 2 Meninggal
Baca juga: Mahfud MD Bongkar Alasan Presiden Jokowi Tak Mau Laporkan Rocky Gerung
Dengan begitu, operasi pencarian pun ditutup pada Selasa (1/8/2023) dan para korban dinyatakan hilang untuk selama-lamanya.
Salah satu pekerja tambang yang selamat dan juga paman dari salah satu korban yang tertimbun, Usman Sugalih (41)
Dengan mata berbinar mengungkapkan peristiwa itu begitu cepat terjadi
Sehingga, ia tak mampu menyelamatkan rekan dan keponakannya yang masih berada di dalam lubang dengan kedalaman 60 hingga 70 meter di bawah tanah.
"Kami pun ingin sebetulnya menolong rekan dan keluarga kami didalam sana, cuma situasi yang tidak memungkinkan, kami kembali lagi ke atas setelah itu kami siapkan alat untuk membantu cuma apalah daya tangan tak sampai air itu gede banget," ujarnya kepada wartawan, Rabu (2/8/2023)..
Selama proses pencarian, ia pun sangat berharap para korban dapat ditemukan. Akan tetapi nasib berkata lain.
Jangankan ditemukan dalam kondisi selamat, jasad korban tak ada satupun yang berhasil dievakuasi karena tingginya volume air di dalam tanah.
"Namanya usaha, mengadukan nasib, mudah-mudahan ada rezeki kita kesana. Harapannya dibawa pulang ke Kiarasari apapun kondisinya, cuma mungkin kondisinya sangat sulit, kembali lagi ke takdir Allah," ucapnya.
Dengan telah dihentikannya proses pencarian, ia dan para keluarga korban lainnya mengaku sudah menerima semua kenyataan pahit ini dengan lapang dada.
Ia juga mengucapkan terimakasih kepada Tim SAR gabungan, Pemerintah Banyumas, dan Pemerintah Kabupaten Bogor yang telah berupaya untuk melakukan pencarian kepada para korban meskipun hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan keluarga.
"Kami mengikuti prosedur aja, keluarga sudah mengikhlaskan," pungkasnya.
Tahu Resiko
Usman Sugalih memang tak ada di dalam lubang tambang saat peristiwa terjadi.
"Saya sift siang, pukul 17.00 WIB saya keluar, pukul 20.00 WIB itu malem rabu pada masuk delapan orang itu. dua jam kemudian saya dapet info ada yang bocor ke lubang orang Bogor," ujarnya kepada wartawan, Rabu (2/8/2023).
Setelah mendapat kabar tersebut ia berupaya menyelamatkan rekan-rekannya, akan tetapi air begitu cepat menggenangi lubang yang memiliki kedalaman 60 hingga 70 meter itu.
Baca juga: 8 Warga Bogor Terkubur Hidup-hidup di Banyumas, Mantan Gurandi Ungkap Angkernya Sumur Tambang Emas
"Saya cek ternyata betul di kedalaman 25 meter itu air sangat gede banget, dan saya ingin menolong rekan-rekan di dalam sangat tidak memungkinkan, akhirnya saya naik ke atas sekian menit air itu masuk ke sumuran pertama," terangnya.
Kejadian kelam itu sungguh diluar dugaannya.
Usman Sugalih tak menyangka rekan-rekan seprofesinya kini telah tiada.
Terkubur di dalam lubang tambang emas untuk selama-lamanya.
Ia mengaku segala resiko menjadi penambang emas sudah tergambar dibenaknya.
Akan tetapi segala rasa takut itu kalah dengan tekad yang bulat untuk mencari nafkah.
"Kalau resiko mah udah tau, kalau musibah kan engga ada yang tau mau dimana juga. Harapannya kan pulang semua, berhasil semua," katanya.
Memori itu masih teringat jelas di dalam otaknya. Bahkan ia mengaku bersedia beralih profesi apabila ada tawaran pekerjaan lain.
"Selain nambang saya mau kerja nyangkul juga siap saya kalau ada mah, demi mencukupi istilahnya buat makan dan jajan anak. Petani juga siap, karena saya dilahirkan dari anak seorang petani," ucapnya. (TribunnewsBogor.co)