Lipsus Tribun Jateng

Strategi Pemkab Batang Atasi Dampak El Nino: Pengairan Bergilir Hingga Sedot Sungai Sambong

Penulis: dina indriani
Editor: deni setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para petani di Desa Sawahjoho, Kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang sedang melakukan menanam padi, beberapa waktu lalu.

TRIBUNJATENG.COM, BATANG - Fenomena El Nino yang rentan memicu kekeringan di sejumlah wilayah, dikhawatirkan berdampak pada mengeringnya sumber-sumber mata air yang semula menjadi sentra penyuplai irigasi lahan pertanian. 

Selain itu, memasuki musim kemarau yang mulai melanda di Kabupaten Batang membuat petani khawatir mengeringnya sejumlah mata air yang selama ini menjadi sumber irigasi lahan pertanian. 

Untuk memenuhi kebutuhan irigasi, para petani masih mengandalkan sistem pengairan manual, yakni sungai-sungai di sekitar desa.

Kepala Dispaperta Kabupaten Batang, Susilo Heru Yuwono mengatakan, untuk mengantisipasi terjadinya kekeringan pada sistem irigasi di sejumlah titik, yakni dengan pengairan bergilir.

Baca juga: Harus Tetap Prima, Capaska Batang Disuplai Makanan Bergizi dan Multivitamin

“Para petani beranggapan kalau mau mengairi sawah itu airnya harus melimpah."

"Jadi strategi kami bersinergi dengan Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB) Jawa Tengah yang sedang diujicobakan di lahan seluas 5 hektare di Desa Gringgingsari."

"Ini untuk membantu proses tanam yang sedang berlangsung," tuturnya.

Lebih lanjut dikatakan Heru, rencananya pola serupa juga akan diterapkan di daerah-daerah rawan kekeringan, sehingga memudahkan selama musim tanam.

Pasalnya, dia meyakini selama tanah masih basah kualitas padi bisa mencapai 60 persen. 

“Luas tanam di bulan ini 2.300 hektare, sedangkan secara komulatif selama Januari hingga Juli 2023 mencapai 21 ribu hektare di seluruh Kabupaten Batang,” imbuhnya.

Hal itu pun juga menjadi perhatian Balai Pengelola SDA Pemali Comal.

Koordinator Alokasi Air Balai Pengelola SDA Pemali Comal, Adi Setyono mengatakan, selain menerapkan manajemen tata kelola air dan pola tanam yang tepat, langkah alternatif yang dipilih yakni mengambil sumber air yang masih dapat digunakan.

Baca juga: Pamit, Mantan Wabup Batang Suyono Siap Maju Calonkan Diri Jadi Caleg DPR RI

Sumber-sumber air itu bisa berupa buangan atau sungai, lalu dinaikkan menggunakan pompa.

“Referensinya di hilir Sungai Sambong karena belum asin, masih sangat mungkin untuk disedot untuk menyuplai air ke 1.176 hektare, terutama yang belum memasuki masa panen."

"Seperti daerah Depok dan Tegalsari yang masih pembungaan,” terangnya.

Lebih lanjut, saat ini sejumlah lahan masih memasuki masa tanam 2, jika melihat waktunya seharusnya sudah panen raya di akhir Juli 2023, namun nyatanya masih pembungaan. 

“Maka pola yang diterapkan adalah pengairan bergilir karena stok air yang tersisa 680 liter per detik, yang dioptimalkan mampu mengairi padi yang masih pembungaan, sehingga akhir Agustus 2023 sudah bisa panen raya,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Karanggeneng, Kunasir mengatakan, ada dua sungai yang selama ini mengairi 40 hektare lahan pertanian. 

“Walaupun ada Sungai Sendang dan Karanggeneng, tapi rawan terjadi kekeringan kalau selama Agustus tidak turun hujan."

"Biasanya aliran lancar, sekarang agak tersendat,” ujarnya.

Baca juga: Kampung Hijrah Desak Aparat Penegak Hukum Tegas ke Pendemo PLTU Batang, Ini Alasannya

Selain rawan kekeringan, permasalahan lain yang rawan dialami oleh petani yakni timbulnya hama wereng dan tikus, sehingga mengoptimalkan obat pemusnah hama.

"Untuk hasil panen saat kemarau diperkirakan 6,5 hingga 7 ton tiap hektare," imbuhnya.

Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pengelola Air Kedungdowo Kramat, Wuryanto menambahkan, untuk stok air di Bendungan Kedungdowo yang tinggal 680 liter per detik tidak bisa mengairi 1.176 hektare sawah.

Karena secara normal kebutuhan irigasi sebesar 1.500 liter per detik.

“Ini rawan sekali, kalau sampai akhir bulan tidak turun hujan, sementara debit air makin menurun, dikhawatirkan pasokan air tidak sampai bawah."

"Lahan di wilayah atas seperti Sambong 1 - 3 masih bisa panen raya, tapi di bawah seperti Depok dan Tegalsari sangat kritis karena kekurangan air,” terangnya.

Langkah yang diambil yaitu menyedot air dari Sungai Sambong, dimasukkan aliran sekunder Sambong, untuk mengairi sawah-sawah yang rawan kekeringan.

“Rencananya untuk mengairi Sambong, Klidang Lor, Klidang Wetan, Depok, dan Tegalsari serta diharapkan Agustus bisa panen raya dengan target 6 - 7 ton per hektare,” pungkasnya. (*)

Baca juga: Kirab Sedekah Bumi Desa Plesungan Gondangrejo Karanganyar Kembali Digelar Pasca Pandemi Covid-19

Baca juga: Kirab Budaya Harlah ke-18 Permadani Kabupaten Wonosobo, Ajak Masyarakat Lestarikan Budaya Daerah

Baca juga: Nasib Pria Pengangguran Nyamar Jadi Polisi, Bahkan Ikut Tilang Pelanggar Lalu Lintas

Baca juga: Kali Pertama di Gelar di Soloraya, IIMS Motobike Show dan Music Sukses Sedot Peminat

Berita Terkini