Menurut Fifi, dengan berjualan secara daring ini semakin memperluas pemasaran jilbab dagangannya. Sebab jika mengandalkan offline saja, menurutnya penawaran hanya terbatas kepada pembeli ecer di pasar.
"Kalau offline saja juga pemasukan tidak pasti, tapi tetap lumayan karena bisa jualan sambil menawarkan orang untuk jadi reseller. Kalau online, sehari ada kirim paket dan ada reseller atau bakul dari Semarang sendiri ke sini untuk beli dalam jumlah banyak," ujarnya.
Fifi mengatakan, ia sendiri menawarkan dagangannya melalui platform online dan sosial media.
Adapun dalam sehari, gabungan online dan offline ramai-ramainya ia bisa menjual 300 jilbab per hari.
"Pelangganku perorang bisa beli 10 pcs, kalau beli borongan bisa sampai 100 pcs. Ramainya penjualan dalam sehari bisa sampai 300 pcs. Kalau biasa, sekitar 100 - 150 pcs," sebutnya.
Masifnya belanja online saat ini turut dirasakan warga. Kristi (28), satu di antara warga Jawa Tengah yang berdomisili di Semarang.
Ia mengatakan, ia sendiri sering berbelanja secara daring terutama untuk membeli skincare dan pakaian.
Alasannya sering berbelanja secara daring karena menurutnya marketplace maupun toko online seringkali menawarkan promo sehingga ada selisih harga dengan toko offline.
Baca juga: Terbongkar! 10 Aplikasi yang Digunakan Untuk Selingkuh, Mulai Dari Edit Video Hingga Belanja Online
Namun demikian, menurutnya ia tetap berbelanja secara offline terutama untuk kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan produk-produk tertentu.
"Saya belanja tetap melihat dari segi harga. Misal sedang ada promo live di marketplace, bisa dapat voucher sampai setengah harga. Kalau beli online, rata-rata saya beli skincare dan baju yang sudah tahu ukurannya.
Sedangkan beli secara offline itu biasanya untuk kebutuhan sehari-hari yang lebih mendesak dan belum pernah beli sebelumnya," ungkapnya, Kamis (7/9/2023). (idy)