TRIBUNJATENG.COM - Seiring dengan semakin dekatnya gelaran MotoGP India 2023 (22-24 September), berbagai kabar negatif mulai mewarnai persiapan para tim dan media.

Tantangan meliputi masalah birokrasi, transportasi, dan biaya yang tinggi.

Carmelo Ezpeleta, Bos Dorna, yang sejak awal telah meramalkan bahwa MotoGP India akan dihadapkan pada berbagai tantangan, kini melihat prediksinya menjadi kenyataan.

Tim-tim MotoGP mengalami kesulitan dalam masalah administratif, termasuk masalah kargo dan visa bagi para wartawan asing.

Salah satu masalah yang mencuat adalah mahalnya layanan antar-jemput di India.

Wartawan dan tim media yang perlu berpindah tempat lebih memilih menggunakan skuter sebagai alternatif yang lebih cepat.

Namun, biaya sewa skuter yang mencapai 150 Euro (sekitar Rp 2,4 juta) untuk tiga hari dianggap terlalu tinggi.

Demikian pula dengan biaya sewa mobil yang tinggi, terutama bagi orang asing yang harus membayarnya tanpa asuransi.

Semakin besar tim, semakin besar pula biaya layanan antar-jemput yang harus dikeluarkan.

Selain itu, biaya akomodasi juga menjadi masalah.

Beberapa pihak menyebut MotoGP India 2023 sebagai salah satu Grand Prix termahal yang pernah ada.

Harga hotel yang tinggi menjadi keluhan, baik dari tim-tim Moto3 maupun divisi perhotelan yang tidak ingin disebutkan namanya.

Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah ketakutan sebagian pembalap dan tim terkait kebersihan makanan dan minuman di India.

Kepala Tim PrustelGP, Florian Prustel, mengatakan bahwa India adalah Grand Prix yang sangat mahal bagi mereka, terutama karena biaya penerbangan, hotel, visa, dan layanan antar-jemput yang tinggi.

Mereka juga khawatir terkena infeksi usus akibat makanan yang terkontaminasi.

Dengan semua tantangan ini, gelaran MotoGP India 2023 nampaknya akan menjadi ujian besar bagi semua pihak yang terlibat dalam ajang balap ini.