TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Salah satu permasalahan lingkungan yang dominan pada saat ini adalah limbah detergen dari kegiatan pencucian.
Detergen konvensional terbuat dari beberapa bahan kimia seperti builder, pewangi buatan, dan yang paling berbahaya berupa surfaktan lemak.
Kebanyakan dari detergen konvensional menggunakan srfaktan dalam bentuk fosfat, alkil benzene sulfonat, dan alkil fenoksi.
Senyawa yang terkandung dalam surfaktan merupakan senyawa yang berasal dari sumber daya tak terbarukan (minyak bumi), beracun, dan berbahaya bagi lingkungan.
Bahan aktif pada detergen, yaitu SLS (Sodium Lauryl Sulfate) memiliki dampak yang buruk terhadap makhluk hidup, dan lingkungan. SLS (Sodium Lauryl Sulfate) sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.
Momen ini dimanfaatkan oleh tiga mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) yaitu Nisya Zalfa Ernita, Heroldinho Arieveali, dan Dimas Saputra dari jurusan Kimia di bawah bimbingan Mochammad Chasani, S.Si., M.Si.
Ketiganya melakukan inovasi membuat detergen cair dengan mengganti kandungan SLS (Sodium Lauryl Sulfate) dengan bahan alam berupa Surfaktan Biji Ketapang dan Foaming Agent dari Ekstrak Daun Pala.
Detergen cair dengan surfaktan dari bahan alam selanjutnya dimodifikasi menjadi ukuran yang lebih kecil, yaitu nanopartikel.
Materi ini memiliki kemampuan membersihkan noda pada serat pakaian sampai ke dalam pori-pori yang dalam.
Detergen dari bahan alam juga memiliki potensi yang besar untuk mengurangi pencemaran di perairan karena akan lebih mudah terdegradasi.
Peningkatan penggunaan detergen cair menurut data Indonesia Commercial Newsletter (ICN), total konsumsi detergen pada wilayah Indonesia mencapai 449.100 ton
Diperkirakan akan terus meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk Indonesia di setiap tahun.e
Mningkatnya penggunaan detergen, akan berarti meningkat pula tingkat pencemaran lingkungan.
Oleh karena itu, perlu adanya pemanfaatan bahan alam yang melimpah, seperti biji ketapang dan daun pala
Bahan ini dapat digunakan untuk mengurangi pencemaran lingkungan jika dibuat formulasi menjadi detergen cair sebagai pilihan lain penggunaan detergen konvensional.
Selain ramah lingkungan, detergen cair berbahan dasar surfaktan Biji Ketapang dan Ekstrak Daun Pala juga tidak memiliki potensi untuk merusak permukaan tangan.
Kemudian tidak memiliki resiko kesehatan seperti kanker kulit jika digunakan dalam interval waktu yang lama.
Melalui program PKM ini, Tim berharap dengan adanya formulasi baru detergen yang lebih ramah lingkungan dengan bahan dasar surfaktan Biji Ketapang dan Esktrak Daun Pala dapat mengurangi pencemaran pada lingkungan dan kesehatan.
Ukuran detergen yang dibuat menjadi nanopartikel diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih efisien untuk mencuci pakaian.
Sebagai mahasiswa, sudah seharusnya peka terhadap masalah lingkungan dan berusaha unutk berinovasi dalam permasalah yang ada.
Kegiatan yang dilakukan oleh ketiga mahasiswa ini diharapkan dapat menginspirasi mahasiswa lainnya untuk berinovasi dalam penanganan permasalahan lingkungan yang sedang marak terjadi. (*)