TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kenaikan harga beras hingga gula pasir menjadi komoditas penyumbang utama inflasi di Jawa Tengah pada bulan September 2023.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, inflasi Jawa Tengah pada bulan September 2023 tercatat sebesar 0,41 persen.
Angka inflasi Jawa Tengah bulan ini tercatat lebih tinggi dari angka inflasi nasional yang sebesar 0,19 persen. Adapun angka inflasi Jawa Tengah bulan ini juga tercatat meningkat dibandingkan bulan lalu yang sebesar 0,03 persen.
Penyebab utama inflasi di Jawa Tengah pada September 2023 adalah kenaikan harga sejumlah komoditas yang lima terbesarnya adalah beras dengan andil sebesar 0,34 persen; disusul bensin dengan andil inflasi sebesar 0,08 persen; angkutan udara memberikan andil sebesar 0,04 persen; dan biaya pulsa ponsel serta gula pasir yang memberikan andil masing-masing sebesar 0,01 persen.
"Inflasi pada September ini lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu Agustus 2023 yang hanya mencapai 0,03 persen. Ini memang disebabkan karena adanya kenaikan harga beras; termasuk juga adanya penyesuaian harga BBM non subsidi.
Dimana bensin menduduki urutan tertinggi (penyumbang inflasi) kedua, harga untuk jenis Pertamax yang menjadi Rp 13.300/liter. Kemudian Pertamax Turbo menjadi Rp 15.900/liter mulai tanggal 1 September 2023 untuk menyesuaikan harga minyak mentah dunia yang terus mengalami kenaikan.
Selain itu ada kenaikan tarif angkutan udara. Ini memang terbatasnya jumlah pesawat dibandingkan dengan permintaan, termasuk penyesuaian terhadap harga minyak," kata Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah, Dadang Hardiwan saat rilis data secara virtual, Senin (2/10/2023).
Dadang lebih lanjut menjelaskan, Inflasi tercatat tersebut merupakan gabungan dari enam kota di Jawa Tengah. Adapun gabungan dari enam kota itu mencatatkan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 115,59.
Dari enam kota IHK di Jawa Tengah, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Surakarta dan Kota Semarang masing-masing sebesar 0,42 persen dengan IHK masing-masing sebesar 117,57 dan 115,00.
Diikuti Kota Tegal dan Kota Cilacap masing-masing inflasi sebesar 0,41 persen dengan IHK masing-masing sebesar 117,32 dan 115,65. Inflasi terendah terjadi Kota Purwokerto dan Kota Kudus masing-masing sebesar 0,39 persen dengan IHK masing-masing sebesar 116,20 dan 115,42.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya semua indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok transportasi sebesar 1,05 persen; kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,75 persen; kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,41 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,32 persen.
Kemudian kelompok pendidikan sebesar 0,21 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,20 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,09 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,07 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,05 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,03 persen; dan kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,02 persen.
"Jadi, penyumbang terbesar inflasi pada September 2023 adalah kelompok makanan minuman dan tembakau yang memberikan andil sebesar 0,19 persen. Selanjutnya diikuti kelompok transportasi dengan adil inflasi sebesar 0,14 persen. Inflasi pada kedua kelompok tersebut ini utamanya juga dipicu oleh adanya kenaikan harga beras, termasuk juga harga BBM," terangnya.
Selain beberapa komoditas penyumbang inflasi, beberapa komoditas juga tercatat menjadi penahan inflasi di Jawa Tengah pada bulan September 2023.
Komoditas tersebut yakni telur ayam ras memberikan andil sebesar -0,05 persen; cabai merah -0,02 persen; bawang merah -0,02 persen; daging ayam ras -0,02 persen; dan cabai rawit sebesar -0,01 persen.