Berita Semarang

Warga Semarang Masak Mi Instan Pakai Panas Matahari, Butuh Berapa Lama?

Editor: muslimah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Video eksperimen memasak mi tanpa kompor di Kota Semarang, Jawa Tengah.

TRIBUNJATENG.COM - Jika sebelumnya seorang ibu di Klaten masak telur menggunakan panas matahari, warga Semarang ini lakukan hal serupa.

Cuma yang dimasak kali ini adalah mi instan.

Lantas bagaimana hasilnya?

Baca juga: Kematiannya Masih Misterius, Ini Pekerjaan YU Suami yang Meninggal Berpelukan dengan Istri di Klaten

Baca juga: Hari Itu Pak Udin Berangkat Kerja Tanpa Makan, Sudah Sepekan Gordennya Belum Ada yang Terjual

Viral warga Kelurahan Siwalan, Kecamatan Gayamsari, Semarang, Jawa Tengah memasak mie tanpa kompor.

Saking panasnya, warga tersebut bisa memasak mie instan tanpa menggunakan kompor dan hanya memanfaatkan panas matahari saja.

Peristiwa tersebut viral di media sosial setelah akun TikTok @Estiiutomo memposting video eksperimen memasak mi dengan memanfaatkan suhu panas di Kota Semarang. 

Mula-mula dia mempersiapkan satu panci yang diisi air sekitar pukul 11.00 WIB.

Setelah itu, mi yang sudah dia buka dimasukkan ke panci berisi air dan tutup menggunakan tutup plastik. 

Setelah itu panci berisi mi itu kembali dijemur hingga pukul 12.00 WIB.

Satu jam kemudian, Estiiutomo yang mempunyai nama asli Esti Utomo itu kembali membuka tutup panci dengan keadaan mie sudah matang.

"Pukul 13.00 WIB mi sudah matang. Bagi aku eksperimen ini sukses," jelasnya saat dikonfirmasi via telepon, Kamis (12/10/2023). 

Dia menceritakan, eksperimen itu sengaja dibuat saat perutnya mulai lapar namun kompor gas di rumahnya habis.

Akhirnya, dia memanfaatkan suhu udara panas dari matahari. 

"Mau masak gasnya kebetulan habis, mau keluar tapi panas banget. Waktu itu kalau nggak salah suhunya mencapai 37 derajat celcius," kata dia.

Ditanya soal rasa, menurutnya mi yang dimasak menggunakan panas matahari rasanya tak jauh beda dengan gas. 

"Rasanya sih nggak jauh beda ya sama kalau kita buat pakai gas," bebernya.

Sebelumnya diberitakan, Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Semarang Iis Widya Harmoko menjelaskan, suhu panas yang dialami Jateng saat ini adalah karena adanya gerak semu matahari.

"Saat ini matahari seperti bergerak menuju selatan. Nanti sekitar awal Oktober matahari berada di titik kulminasi tepat di atas Pulau Jawa," jelasnya.

Secara klimatologis suhu akan cenderung mengalami kenaikan.

puncaknya sekitar pertengahan hingga akhir Oktober 2023. Suhu udara akan turun lagi mulai November 2023.

"Diperkirakan suhu di Jawa Tengah sampai dengan Oktober akan berkisar antara 37-38 derajat celsius," ujar dia. 

Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) suhu panas tertinggi yang pernah tercatat di wilayah Jateng terjadi pada 2015, yakni mencapai 39,5 derajat celcius dan pada 2019 dengan suhu mencapai 39,4 derajat celcius.

Untuk itu, dia minta warga Kota Semarang untuk tidak panik dan melakukan beberapa persiapan ketika melakukan aktivitas di luar ruangan seperti stok air putih yang cukup. 

"Ketika cuaca panas, air bisa menjaga konsentrasi dan menjaga kesehatan saat aktivitas di luar ruangan," imbuh Iis. 

SAKING Panasnya, Ibu di Klaten Bisa Goreng Telur Pakai Panas Matahari, 4 Jam Matang 'Keinginan Anak'

Viral di media sosial seorang wanita di Klaten menggoreng telur menggunakan panas matahari.

Kondisi lingkungan Dewi di Desa Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten (kiri) Telur yang dimasak Dewi dengan memanfaatkan panas terik matahari (kanan). (TribunSolo.com / Zharfan Muhana)

Sebelumnya seorang ibu di Klaten  memasak telur untuk anaknya di atap rumah memanfaatkan panas matahari.

Aksi Dewi (33), ibu-ibu asal Desa Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten memasak telur dengan memakai panas matahari bermula dari 'desakan' anaknya, Arka.

Anaknya tersebut ingin dibuatkan video seperti yang ditontonnya di kanal Youtube. 

"Itu anak saya (Arka) yang kejar-kejar," ujar Dewi, Senin (9/10/2023).

"Pengen dibuatkan seperti di youtube," tambahnya.

Dirinya lalu menyiapkan wajan atau teflon tempat menggoreng, ia menaruhnya di atas genting sejak pagi hari.

"Dari jam 08.00 WIB penggorengan saya taruh di atas genteng rumah, sambil nunggu anak pulang sekolah," jelasnya.

Setelah (Arka)anaknya yang bersekolah PAUD pulang, ia baru menurunkan teflon.

"Sekitar jam 11.00 WIB telur masuk (penggorengan), terus didiamkan sampai saya posting," ucapnya.

Telur tersebut, diduga digoreng selama kurang lebih 4 jam. Minyak goreng pun mendidih.

"Belum matang (setengah), suma begitu terus. Hanya minyaknya umup (mendidih)," paparnya.

Setelah percobaan tersebut, telur lalu dilahap oleh sang anak.

"Rasanya sama seperti telur pada umumnya, tadi di makan anak saya," kata Dewi.

Saat kondisi kemarau seperti saat ini, wilayah tempat tinggalnya yang berada di Manjung pun terasa suhu panas yang meningkat.

"Pernah mengecek di hp, itu panasnya sampai 38 derajat," pungkasnya.

(Tribuntrends.com)

Berita Terkini